Oktober datang dengan lembutnya rintik, Â
Membasuh bumi dalam gemuruh lirih, Â
Langit abu menyulam kisah klasik, Â
Menggantung rindu di ujung dedaun basah.
Setiap tetes membawa kenangan lama, Â
Mengalir diam-diam di celah waktu, Â
Seperti aliran sungai yang tak bermuara, Â
Mengantar pulang langkah-langkah yang bisu.
Hujan ini tak sekadar air yang jatuh, Â
Ia bisikan angin, cerita yang tak tersampaikan, Â
Di antara dingin, hatiku luluh, Â
Menyambut Oktober dengan hampa yang tertahan.
Namun, di balik mendung yang memeluk erat, Â
Ada harapan yang tumbuh di setiap tetes, Â
Oktober bukan hanya rintik yang mengerat, Â
Tapi juga awal dari harapan yang lebih berkelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H