Di zaman ini, layar kecil jadi peneman, Â
Seolah dunia tak lengkap tanpa kilauan, Â
Namun, mungkinkah kita lepaskan genggaman, Â
Dan temukan hidup tanpa keterikatan?
Jari yang dulu rajin menyapa alam, Â
Kini sibuk mengetik dalam kesunyian malam, Â
Wajah yang dulu ceria di balik senyum, Â
Kini tenggelam dalam dunia yang tak pernah riuh.
Apakah mungkin kita hidup tanpa cahayanya? Â
Tanpa dering yang selalu mengundang tawa, Â
Mengapa harus takut kehilangan sinyal, Â
Padahal jantung kita masih berdetak normal?
Mari sejenak bayangkan pagi tanpa notifikasi, Â
Hari yang diisi dengan percakapan dan aksi, Â
Mata menatap tanpa filter yang memudar, Â
Dan hati meresapi waktu yang benar-benar sadar.
Namun, mungkinkah kita lepaskan peran, Â
Ketergantungan yang telah jadi kebiasaan, Â
Atau justru kita takut pada sunyi, Â
Yang mungkin membawa kita kembali pada hakiki?
Apakah mungkin kita hidup tanpa smartphone, Â
Ketika jiwa kita telah terpaut begitu erat? Â
Mungkin jawabannya ada di dalam diri, Â
Jika kita berani mencoba, meski sesaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H