Di pagi yang cerah, langkah kecilnya mengayun sepeda
Bendera kertas di tangannya, buah kerja keras malam panjang, Â
Kebanggaan memeluknya erat,
Di atas sepeda, ia melaju menuju sekolah dengan harapan.
Angin berbisik lembut, seakan memberi restu, Â
Namun nasib berkata lain, bendera menyangkut di keranjang, Â
Sobek bendera kertasnya, merobek juga hatinya,
Air mata deras mengalir, tak bisa ditahan.
Di depan sekolah, tangisnya memecah pagi, Â
"Bendera kemerdekaanku robek," suaranya terisak, Â
Luka di hatinya lebih dalam dari sobekan bendera,
Semua mimpi dan harapan, seolah hancur seketika.
Teman-teman terdiam, aku mendekatnya perlahan, Â
Dengan suara lembut mencoba menghibur, Â
Namun tangisnya belum reda, hatinya masih remuk, Â
Bendera yang robek, seakan mencerminkan jiwa yang tergores.
Tapi anakku, kataku penuh kasih, Â
Kemerdekaan sejati tak pernah luruh oleh sobekan, Â
Ia ada di dalam hatimu yang tak kenal menyerah, Â
Bangkitlah, meski bendera kertasmu robek, semangatmu tetap berkibar.
Jangan biarkan air mata menjadi akhir, Â
Karena di balik setiap sobekan, ada kekuatan baru, Â
Kau adalah simbol keberanian, bendera hidup kita, Â
Yang takkan pernah koyak oleh waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H