Jalan pintas kau lalui,
Untuk menggapai tahta tertinggi,
Harga diri tak lagi kau peduli,
Petuah orang tua tak lagi menyentuh hati,
Benar-benar hatimu telah mati,
Apa yang sebenarnya kau cari?
Hidup dengan kebohongan,
Ketenangan keluarga kau korbankan,
Demi sebuah impian yang kelam,
Kau rela terperangkap dalam malam,
Tak peduli meski jiwa terbelenggu,
Asalkan ambisi tercapai, kau merasa tak terbendung.
Senyuman palsu menghiasi wajah,
Kejujuran tenggelam dalam gelapnya langkah,
Apa arti kebahagiaan yang semu,
Jika hati telah membatu dan membeku,
Mengapa kau tak hiraukan kebenaran,
Hanya demi sebuah ambisi, segalanya kau abaikan.
Kini, dalam sepi dan sunyi,
Terdengar jeritan hati yang tak lagi murni,
Bayangan masa lalu mengejar mimpi,
Menggoyahkan setiap langkah pasti,
Sadarlah, wahai jiwa yang terbelenggu,
Ambisi tak akan pernah sepenuhnya memuaskan rindu.
Renungkanlah, sebelum terlambat,
Nilai hidup yang sejati tak akan pernah mengkhianati,
Kebahagiaan tak hanya tentang tahta dan harta,
Tapi tentang cinta, kasih, dan kebersamaan yang nyata,
Hanya demi sebuah ambisi, janganlah kau hilangkan jati diri,
Temukan kembali cahaya dalam hati yang suci.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H