Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Renungkanlah Sebelum Terlambat

21 Juli 2024   14:32 Diperbarui: 21 Juli 2024   14:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jalan pintas kau lalui,

Untuk menggapai tahta tertinggi,

Harga diri tak lagi kau peduli,

Petuah orang tua tak lagi menyentuh hati,

Benar-benar hatimu telah mati,

Apa yang sebenarnya kau cari?

Hidup dengan kebohongan,

Ketenangan keluarga kau korbankan,

Demi sebuah impian yang kelam,

Kau rela terperangkap dalam malam,

Tak peduli meski jiwa terbelenggu,

Asalkan ambisi tercapai, kau merasa tak terbendung.

Senyuman palsu menghiasi wajah,

Kejujuran tenggelam dalam gelapnya langkah,

Apa arti kebahagiaan yang semu,

Jika hati telah membatu dan membeku,

Mengapa kau tak hiraukan kebenaran,

Hanya demi sebuah ambisi, segalanya kau abaikan.

Kini, dalam sepi dan sunyi,

Terdengar jeritan hati yang tak lagi murni,

Bayangan masa lalu mengejar mimpi,

Menggoyahkan setiap langkah pasti,

Sadarlah, wahai jiwa yang terbelenggu,

Ambisi tak akan pernah sepenuhnya memuaskan rindu.

Renungkanlah, sebelum terlambat,

Nilai hidup yang sejati tak akan pernah mengkhianati,

Kebahagiaan tak hanya tentang tahta dan harta,

Tapi tentang cinta, kasih, dan kebersamaan yang nyata,

Hanya demi sebuah ambisi, janganlah kau hilangkan jati diri,

Temukan kembali cahaya dalam hati yang suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun