Mohon tunggu...
Abi Wihan
Abi Wihan Mohon Tunggu... Guru - Teacher

A Great Teacher is Inspiring

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ngeri

7 Juni 2024   17:17 Diperbarui: 7 Juni 2024   17:31 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

NGERI

Karya: Abi Wihan 

Awan mendung berkumpul, membentuk bisik-bisik.

Hujan deras turun, menghantam bumi tanpa henti,

Menyulap sungai tenang menjadi arus tak terkendali.

Air meluap, menerjang desa dan kota,

Rumah-rumah tenggelam, hanyut tanpa cela.

Jerit tangis menggema, melawan arus deras,

Bumi berguncang, amarahnya tak terbendung,

Tanah retak, gedung runtuh, hancur tak tertahan.

Gempa dahsyat mengoyak, merobek rasa aman,

Mengguncang hati, menggoyahkan setiap landasan.

Lautan tenang, mendadak bergelombang liar,

Tsunami datang, dengan kekuatan tak terukur.

Ombak raksasa menghantam, menghapus jejak kehidupan,

Menyeret harapan, mengubur mimpi dalam kesunyian.

Angin ribut berputar, badai menerjang,

Meruntuhkan harapan, menghancurkan impian.

Pohon-pohon tumbang, rumah-rumah tersapu,

Menggugah ngeri, mengundang duka yang mengerikan.

Namun di tengah bencana, cahaya kecil bersinar,

Kekuatan manusia, tak pernah benar-benar pudar.

Dalam ngeri, kita temukan keberanian tersembunyi,

Membangun kembali, melawan peristiwa ngeri.

Aceh Tamiang, 07 Juni 2024 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun