Di hari lebaran yang penuh bahagia,
Orang-orang bersuka cita merayakan kemenangan,
Mereka mudik dengan kegembiraan yang tak terkiraÂ
Bersungkeman dengan orang tua dan saudara
Namun di sudut kota, ada anak yang terlukaÂ
Tak bisa mudik, dirinya terdiam sunyi mengusik,
Rindu membelenggu hati yang pilu,
Pulang terhalang jauh, karena tak ada duit.
Sedihnya menggelayut, seperti kabut pagi yang tipis
Ia ingin sekali pulang, berjumpa dengan ibu dan bapak,
Memeluknya, memohon maaf, dan melepas kerinduan.
Namun, kantongnya kosong, hanya angan yang tersisa
Sementara,Â
Orang tua di kampung juga merindukan kepulangannya
Mengharap hadirnya dalam penantian yang telah lama
Namun, di rumah kosong, hanya kursi-kursi sunyi,
Air mata kesedihan mengalir, mengisi ruang yang hampa.
Dalam pelukan angan, tak kunjung datang,
Terpisah oleh jarak dan waktu yang menghalangÂ
Rindu yang dalam, terlukis di wajah yang lesu,
Air mata mengalir tak tertahankanÂ
Sama-sama merinduÂ
Lebaran mereka hampa menderu
Namun doa di hari fitri, harapkan kembali bersatu.
Aceh Tamiang, 04 April 2024
Abi WihanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H