MARAH ?
Banyak sekali pemicu yang membuat kita marah, pemicunya bisa dari anak, istri, orang tua, sahabat rekan kerja, tetangga dan lain-lain bahkan marah bisa datang dari orang yang baru kita kenal atau bahkan dari orang yang kita tidak kenal sama sekali. Misalnya kita menyaksikan berita ada seorang anak yang menganiaya orang tuanya karena tidak menuruti kemauan anaknya padahal orang tuanya dalam keadaan sakit tak berdaya serta hidup dalam kemiskinan, hal seperti ini dapat memicu amarah dalam diri kita padahal kita tidak kenal terhadap anak tersebut.
Marah ...?
Kita pasti pernah marah misalnya kita akan sangat marah ketika kita merasa dibohongi oleh orang yang kita cintai atau kita merasa dibohongi oleh sahabat sendiri
Ketika kita sedang melampiaskan amarah kepada seseorang karena kita merasa dibohongi, maka kita akan semakin menghadirkan imajinasi dibohongi dalam pikiran kita, sehingga kita akan menganggap bahwa marah kita itu wajar dan benar karena ada alasannya yaitu karena merasa dibohongi.
Padahal bisa saja peristiwa kita dibohongi sudah berlalu, bahakan orang yang membohongi kita sudah mengakui atas kebohongannya bahkan sudah meminta maaf, tetapi marahnya kita tidak reda juga.
Padahal yang dibohongi bukan kita, kita hanya melihat dan menyaksikan orang lain membohongi orang lain, tetapi kita marah melihat kebohongan tersebut.
Padahal kita hanya menonton sebuah sinetron atau film atau membaca sebuah cerita dan menyaksikan adanya kebohongan namun apa yang kita lihat, apa yang kita baca membuat kita marah dan menahan emosi.
Tanpa kita sadari kebohongan yang kita saksikan telah membuat dan mengisi ruang imajinasi negatif kita hingga memancing reaksi marah dalam diri kita.
Marah baik itu dilampiaskan maupun tidak merupakan bukti bahwa pikiran sudah dipenuhi imajinasi negatif. Pikiran negatif tersebut telah membuat pikiran kita menjadi negatif atau berjalan tidak sesuai keinginan sendiri.
Marah?
Ketika marah, sistem saraf memicu berbagai reaksi biologis dan salah satunya adalah pelepasan hormon pemicu stres, seperti hormon adrenalin dan hormon kortisol. Kondisi ini membuat detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan pernapasan meningkat.
Jika tidak segera diatasi, marah bisa berdampak buruk bagi kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, gangguan pernapasan, sakit kepala, gangguan pencernaan, dan depresi.
Marah juga dapat memengaruhi hubungan sosial, pekerjaan, atau membuat Anda bermasalah dengan hukum, misalnya melakukan kejahatan, kekerasan, atau pelecehan fisik.
Reaksi orang ketika marah berbeda-beda. Ada yang mengekspresikannya secara verbal atau fisik, ada pula yang memendamnya. Namun, pastikan Anda meluapkan emosi atau amarah yang muncul dengan cara yang positif dan tidak membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Marah?
Meredakan amarah ala Rasulullah
Membaca isti'adzah
Rasulullah bersabda "Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A'udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)." (HR. Bukhari Muslim).
Diam
Dari Ibnu Abbas RA, Nabi bersabda, "Jika kalian marah, diamlah." (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
Berwudhu
Nabi Muhammad pernah bersabda:
"Sesungguhnya marah itu dari syaitan, dan syaitan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu." (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Merubah Posisi
Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur." (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Masih Marah?
Tarik nafas dalam, rasakan, nikmati segarnya udara dan disertai rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Berlapang dada untuk memaafkan itu jauh lebih utama dan bersabar atas segala sesuatu yang memancing amarah kita serta perbanyak beristighfar memohon ampun atas segala dosa-dosa kita.
Semoga kita bisa lebih bijaksana menghadapi segala sesuatu yang kurang berkenan dihati kita atau segala sesuatu yang dapat memicu amarah kita. Dan perlu kita ingat bahawa kita tidak akan bisa memaksakan orang lain mengikuti apa yang menjadi keinginan kita atau menjadi yang kita mau.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI