Namun, harus diakui bahwa semangat comeback itu perlahan memudar selepas era Guardiola dan Luis Enrique. Barcelona mulai identik dengan kekalahan-kekalahan memalukan di ajang Eropa.
Sebelumnya, mereka adalah tim yang menjadi 'pelaku remontada', tetapi perlahan menjadi korban dari spirit itu sendiri. Hal ini terlihat jelas dalam tiga edisi UCL terakhir. Mereka kalah 3-0 dari AS Roma di Olimpico, padahal sudah unggul 4-1 pada leg pertama di Camp Nou.
Musim berikutnya, klub asal Catalan itu berada di atas angin setelah unggul 3-0 atas Liverpool di Camp Nou. Namun, Liverpool (yang juga akrab dengan comeback) itu berbalik unggul 4-0 di Anfield.
Catatan itu makin diperparah dengan peforma Lionel Messi dan kawan-kawan pada musim lalu. Seusai vakum karena pandemi Covid-19, Barcelona tidak mampu mempertahankan posisi puncak setelah kompetisi dilanjutkan. Hal itu makin diperparah dengan kekalahan telak 8-2 dari Bayern Munich di UCL.
Menurut saya, spirit remontada akan lebih efektif apabila dipacu oleh mereka yang pernah mengalaminya. Dalam hal ini, pelatih menjadi faktor penting untung memancing semangat para anak buahnya, jika ia pernah melakukan remontada sewaktu masih menjadi pemain.
Johan Cruyff, Pep Guardiola, hingga Luis Enrique adalah legenda Barcelona yang pernah melakukan remontada kala masih menjadi pemain dan saat menjadi pelatih. Semangat yang sempat memudar setelah era Luis Enrique itu perlahan muncul kembali ketika Ronald Koeman yang juga pernah menjadi pelaku comeback saat masih menjadi pemain, menduduki kursi pelatih Barcelona.
Dan partai semifinal Copa del Ray pagi tadi adalah salah satu buktinya.
***
Hingga menit ke-87, Barcelona masih tertinggal 2-0 dari Granada. Kekalahan memalukan terlihat jelas di depan mata. Saya pun mulai mengambil ancang-ancang untuk mematikan laptop. Namun, gol Antoine Griezmann pada menit ke-88 membatalkan niat tersebut.
Rupanya gol pemain asal Perancis itu membuka keajaiban untuk Barcelona. Empat menit berselang, Jordi Alba menyamakan kedudukan dan memaksa pertandingan berlanjut ke babak extra time.
Di babak extra time, Barcelona unggul setelah Griezmann kembali mencetak gol pada menit ke-100. Meskipun Granada sempat menyamakan kedudukan via tendangan pinalti tiga menit berselang, Barcelona kembali bangkit dengan memborong dua gol dalam tempo lima menit (Frenkie de Jong pada menit ke-108 dan Jordi Alba pada menit ke-113).