Integritas tidak hanya tergantung pada apa yang diucapkan atau dilakukan oleh sesorang, namun terletak pada bagaimana kita merespons situasi dan orang lain. Kita harus mampu mengendalikan emosi agar tidak terpengaruh oleh kemarahan, rasa takut, atau keinginan untuk mengambil keuntungan pribadi.
3. Memegang teguh prinsip-prinsip yang dianut
Integritas tidak hanya diucapkan oleh Anda, akan tetapi bisa diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Anda perlu memegang teguh prinsip-prinsip yang telah ditetapkan, serta tidak mudah terpengaruh oleh orang lain atau situasi yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut.
4. Menjadi jujur
Jujur adalah salah satu sikap yang paling penting dalam membentuk integritas diri, di mana Anda harus jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, tidak merahasiakan apa yang sebenarnya terjadi atau membuat kebohongan demi kepentingan pribadi.
5. Menjadi contoh yang baik
Integritas bukan hanya sikap pribadi, tapi juga harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang dapat dilihat orang lain. Anda harus bisa menjadi contoh yang baik bagi orang lain, dengan menunjukkan integritas dalam tindakan sehari-hari
Moral Kantian
Menurut Wikipedia, Etika Kant merupakan sebuah teori etika deontologis yang dikembangkan oleh filsuf Jerman Immanuel Kant yang didasarkan pada gagasan bahwa: "Satu-satunya hal yang baik tanpa syarat adalah kehendak untuk berbuat baik (good will)." Teori ini dikembangkan dalam konteks rasionalisme Pencerahan. Teori etika ini menyatakan bahwa suatu tindakan hanya dapat bermoral jika (i) itu dimotivasi oleh rasa kewajiban dan (ii) didasarkan pada prinsip yang secara rasional dikehendaki menjadi hukum yang universal dan objektif.
Inti dari teori Kant tentang hukum moral adalah imperative kategoris. Kant merumuskan imperatif kategoris dengan menggunakan beberapa prinsip. Prinsip universalisasi- nya mensyaratkan bahwa agar suatu tindakan diperbolehkan, tindakan itu harus mungkin untuk dapat diterapkan oleh semua orang tanpa kontradiksi yang terjadi. Prinsip Kant tentang kemanusiaan, bagian kedua dari imperatif kategoris, menyatakan bahwa sebagai tujuan itu sendiri, manusia dituntut untuk tidak pernah memperlakukan orang lain hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan, tetapi selalu sebagai tujuan pada diri mereka sendiri. Prinsip otonomi menyatakan bahwa agen rasional terikat pada hukum moral atas kehendak mereka sendiri, sedangkan prinsip Kant tentang Kerajaan Tujuan mengharuskan orang bertindak dalam kapasitas seolah-olah prinsip-prinsip tindakan mereka menetapkan hukum dalam suatu komunitas kerajaan hipotetis yang ideal.
Kant membedakan dua macam perintah atau imperatif. Pertama adalah imperatif kategoris. Kedua adalah imperatif hipotetis. Imperatif kategoris merupakan perintah mutlak dan tanpa syarat, tidak tergantung pada maksud, dampak, dan tujuannya, Kant menerapkan prinsip universalisasi untuk menentukan apa suatu perbuatan tersebut sesuai dengan imperatif kategoris, bahwa perbuatan tersebut menjadi maksim (aturan atau prinsip moral) dan dapat berlaku secara universal, contoh: Jangan berbohong, kembalikan barang yang kau pinjam, jangan mencuri, jangan membunuh. Sedangkan imperatif hipotetis adalah perintah yang bersyarat, tergantung pada maksud, dampak dan tujuannya, contoh: Jika ingin mendapat nilai yang bagus, maka kau harus belajar, jika kau ingin sembuh, maka minumlah obat.