LUKA SERIBU MALAM
Di simpang malamÂ
Aku adalah perempuan
Dengan seribu batu
Berjalan menyusuri waktu
Sampai usiaku tak lagi menentu
Aku masih memeluk dada ini
Menyuapi setetes cinta atas bibir mungil
Pucuk-pucuk rindu
Yang bertumbuh pada malam
Selaras penindasan bertalu-talu
Harapan menggendangkan imaji temaram
Kita abu-abu pada raga yang lesu
Rintik-rintik tanggal terus berjatuh
Cintamu tak semerah bunga desember
Kau jatuh bersama kecoklatan yang usang
Aku memilih kalah
Bukan untuk menyerah
Aku masih bisa berusaha
Dengan cara yang semestinya
Maria Wona
TERUNTUK PUAN BUNGA REVOLUSI
Puan,...
Tak ada yang pantas untuk ditangisi
Ketika keringat tubuh dan darah terus mengalir
Membasahi ruas nadi dan jalanan kota
Yang memilih bisu dan berdiam menjadi saksi
Mari kita buka dada bersama Puanku
Disana ada puisi yang paling riak berteriak
Mengalir dan menyatu dalam darah yang mahal
Ketika suara-suara berkerak terus dikerah
Untuk keadilan dan kemanusiaan rakyat
Puanku,...
Hapus air matamu dan tataplah setiap mata
Yang berdiri condong menatap wajahmu
Karena yang tersirat hanyalah bahasa tubuh
Yang menolak bahkan menerima kebijakan semu
Perihal lima oktober dalam ingatan
Membuka jalan pada seribu perjuangan
Menolak lupa dengan geram atas air mata
Sebelum seluruh rakyat berduka atas luka
Puanku...
Kita telah berkali-kali mengangkangi buku-buku
Yang berbaris rapi di perpustakaan sunyi
Kita melahap dan menikmati indahnya kata-kata
Menggugah getar dalam jiwa menghentikan dahaga
Bangsa kita telah dibunuh kebijakan prematur
Kita masih memilih menari diatas halaman kota
Yang menolak bisu pada hingar bingar waktu
Menentang perlawanan atas tanah dan waktu
Puan,..
Engkau adalah kata-kata yang paling mahal
Rahim peradaban dari bunga-bunga revolusi
Yang lahir dari kata-kata yang tak pernah mati
Memilih berteriak atas mimpi yang dikebiri
Aku padamu bersimbah puisi yang memilih abadi
Menembus sekat tanpa batas pada persepsi
Aku padamu bersimbah peluh dan darah
Yang memilih mencakar pikiran namun terlihat waras
Puan,..
Mari kita bakar dada ini
Membiarkan api membara di sanubari
Kita menolak bungkam untuk pergi
Sebelum kita benar-benar dihabisi
Maria Wona