Mohon tunggu...
Maria Tanjung Sari
Maria Tanjung Sari Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger-Content Writer-Content Placement Artikel di Blog-Jasa Review Produk dan Jasa di Blog Untuk kerja sama bisa email di titikterang751@gmail.com

Blogger Surabaya yang mengelola beberapa blog diantaranya santaisore.com , sahabatcurhat.my.id , curhatyuk.my.id dan masih banyak lagi Senang menulis mengenai dunia HRD, suka mengamati perilaku sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Lingkungan Kerja Toxic, Pilih Resign atau Bertahankah yang Lebih Baik

30 Juli 2023   11:07 Diperbarui: 11 Agustus 2023   17:44 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau tidak, maka jika ada kesalahan apakah si teman toxic ini akan bertanggung jawab? Hhmmm, saya rasa kalau sudah jadi habitnya suka melempar tanggung jawab, maka karyawan seperti ini rasanya jauh dari sikap gentleman.

Lalu jika temannya sudah menyelesaikan pekerjaan dengan baik meskipun sebenarnya itu bukan job descriptionnya, jangan-jangan si karyawan toxic ini yang justru menerima apresiasi dari pimpinan, padahal itu bukan hasil kerjanya lho.

2. Playing victim

Dia yang membuat kesalahan, namun dia juga yang merasa seolah-oleh menjadi korban. Mungkin banyak tipe teman kerja seperti ini. Namanya pekerjaan, kita sebagai karyawan akan menerima tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan sampai akhir. Namun dalam bekerja tentu ada yang namanya team dimana saling support tugas satu dengan lainnya. Kerjasama team ini diperlukan demi lancarnya sebuah pekerjaan.

Jika menemui rekan kerja yang suka drama seperti playing victim, cenderung membuat gaduh seisi kantor maka sebagai karyawan kita harus bersikap tegas. Kalau perlu buat serah terima setiap pekerjaan sehingga tidak ada celah bagi karyawan toxic untuk melakukan playing victim yang akan merugikan karyawan lainnya.

3. Suka memprovokasi rekan kerja lainnya

Jika sudah tidak suka dengan pekerjaan saat ini yang sedang dijalani, maka kalian bisa kok mengajukan surat resign kepada atasan. Tak perlu membuat kegaduhan dengan cara melakukan provokasi atau menghasut rekan kerja lainnya. 

Terkadang karyawan toxic ingin membuat kegaduhan dengan mengajak rekan kerja lainnya, lalu membuat seolah-olah bukan si toxic yang melakukannya. Ujung-ujungnya playing victim lagi donk.

Jangan menurunkan kualitas kerja kalian jika memang sudah merasa tidak cocok dengan perusahaan tempat kerja sekarang. Dan jangan pula mengeluh apabila dirasa gaji yang diterima tidak sepadan dengan beban kerja yang dilakukan. 

Resign Atau Tetap Bertahan Kerja Jika Berada di Lingkungan Kerja Toxic?

Bangun tidur terasa menjadi tak semangat, lalu berangkat kerja pun terasa berat apabila kita membayangkan di depan mata bagaimana lingkungan kerja yang toxic akan dihadapi. 

Ingin mengundurkan diri sebagai karyawan, namun belum punya cukup tabungan untuk bertahan hidup selama menjadi pengangguran. 

Di samping itu pula, mencari kerja sekarang ini tak semudah seperti beberapa tahun lalu terlebih semenjak pandemi, banyak perusahaan berusaha untuk memperketat biaya operasional. Salah satu cara perusahaan menghemat biaya operasional adalah dengan menjadikan satu orang karyawan dapat mengerjakan beberapa tugas kantor secara multifungsi. 

Bagi saya hal tersebut tak menjadi masalah asal karyawan yang bersangkutan bersedia dan kompensasi yang diterima juga sesuai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun