Oleh Maria Sri Dian Pratama, S.Pd.
Peserta Pendidikan Guru Penggerak, A.11 kelas 58, Kabupaten Sikka
A. Sebelum mempelajari Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional
Guru sebagai Pembelajar Merdeka adalah guru yang memberikan kebebasan pembelajaran kepada peserta didik dengan seluas-luasnya, mulai dari kebebasan sumber belajar, lingkungan belajar dan proses belajar.Â
Sebagai Pembelajar Merdeka, guru hanya berperan sebagai penuntun, karena pada dasarnya setiap anak sudah mempunyai kodratnya masing-masing. Guru hanya bertugas untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki peserta didik. Guru pembelajar merdeka adalah guru yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi peserta didik untuk berpendapat dan bereksplorasi.
Pembelajar yang peka dengan lingkungan sosial dan menjadi solusi terhadap persoalan yang terjadi adalah seorang pembelajar merdeka.. Pembelajar merdeka harus menjadi motor penggerak perubahan ke arah yang lebih baik. Berupaya untuk meningkatkan kemampuan diri dan masyarakatnya secara berimbang. Dalam hal ini sebagai guru kita harus membawa perubahan baik dalam diri peserta didk maupun lingkungan masyarat.
Selama ini saya masih menjadi guru konvensional yang mentransfer materi pelajaran saja dengan menganggap ketuntasan nilai lebih penting daripada memahami karakteristik peserta didik. Saya hanya melihat nilai dari aspek kognitif misalnya saat mereka mengerjakan soal berupa Tugas atau Penilaian Harian jika nilai sudah mencapai KKM dinyatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil begitu sebaliknya. Sebelumnya saya hanya fokus utama pada ketercapaian materi mengingat materi yang saya ajarkan karena materi yang sangat padat.
Metode ceramah dan latihan soal menjadi sesuatu yang dominan dalam proses pembelajaran yang saya lakukan. Saya menuntut peserta didik mengikuti arahan -- arahan yang saya berikan. Jika peserta didik tidak mengikuti arahan, maka saya akan marah dan memberi ancaman serta hukuman. Akibat dari tindakan itu, peserta didik tidak menikmati dan tidak merasa bahagia selama pembelajaran. Saya juga menjadi gagal dalam menanamkan karakter pada peserta didik. Saya merasa masih menjadi pusat pembelajaran. Â Modul ini mengajarkan saya pada kerendahan hati seorang guru untuk menuntun dan berhamba pada peserta didik.
B. Filosofi Pemikiran KHD
Guru sebagai Penuntun
Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak -- anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi -- tingginya baik sebagi manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam proses "menuntun", anak diberi kebebasan, namun pendidik harus bisa menjadi "pamong" dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.Â
Seorang "Pamong" dapat memberikan "tuntunan" agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lainnya. Oleh sebab itu tuntunan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat)
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam.
Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Â
Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta 'tangan dingin' pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.
Pendidikan Yang Sesuai Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Kodrat Alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan dimana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama"
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodrtanya sesuai dengan alam dan zamannya.Â
Bila melihat dari kodrat zaman, pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad ke-21, sedangkan dalam memaknai kodrat alam maka pendidikan harus disesuaikan dengan konteks lokal sosial budaya murid setempat, Murid di Indonesia Barat tentu memliliki karakteristik yang berbeda dengan murid di Indonesia Tengah atau Indonesia Timur.
KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri. Artinya, cara belajar dan interaksi murid Abad ke-21, tentu sangat berbeda dengan para murid di pertengahan dan akhir abad ke-20.Â
Kodrat alam Indonesia dengan memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) serta bentangan alam mulai dari pesisir pantai hingga pegunungan memiliki keberagaman dalam memaknai dan menghayati hidup. Demikian pula dengan zaman yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara pendidik menuntun para murid.
Budi Pekerti
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).
Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual). Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya.
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antara satu dengan yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu, peran orang tua sebagai guru, penuntun, dan pemberi teladan menjadi sangat penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.
Pendidikan yang memerdekakan dan menghamba pada anak.
Pendidikan yang memerdekakan menurut KHD adalah suatu proses pendidikan yang meletakkan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh kembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batiniah. Pendidikan harus berorientasi pada murid sehingga pendidikan harus berhamba (melayani dengan sepenuh hati) pada anak.
Guru harus mampu memahami dan memenuhi kebutuhan murid agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien dan menyenangkan tentunya. Hal yang mendasari gagasan utama menghamba pada murid saat ini karena fakta yang terjadi di lapangan, tidak sedikit ketika guru bersikap otoriter memaksakan kehendaknya dalam pembelajaran di kelas.Â
Hal tersebut membuat kelas terkesan kaku dan angker, murid dalam tekanan, takut, sampai tidak ada keberanian untuk menyampaikan pendapat.Â
Kemudian pembelajaran tidak lagi memerdekakan tetapi pembelajaran yang meresahkan. Pembelajaran menghamba pada murid juga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik. Ketika guru mampu memenuhi kebutuhan peserta didik dan memberikan perhatian yang cukup, maka murid akan merasa dihargai sehingga terdorong untuk belajar dengan semangat yang lebih tinggi.
C. Pemikiran dan Perilaku yang berubah setelah mempelajari Modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional
Pemikiran dan perilaku saya yang berubah adalah kesadaran bahwa guru adalah penggerak perubahan. Perubahan kecil yang dilakukan guru akan berdampak besar pada peserta didik, yang juga akan berdampak pada masa depan Negara Indonesia.Â
Pembelajar merdeka seharusnya memposisikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang artinya peserta didik memiliki kebebasan berekspresi mengemukakan pendapat dan berkreasi sesuai dengan metode atau model pembelajaran dan media yang tepat. Guru hendaknya menjadi penuntun bagi peserta didik untuk memaksimalkan kodrat yang dimilikinya agar memperoleh kebahagiaan dan keselamatan selama-lamanya.
D. Penerapan di Kelas Untuk Mewujudkan Pemikiran KHD
Pemikiran KHD mengenai kodrat alam dan kodrat zaman dapat saya implementasikan dengan melakukan pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran yang kontekstual dapat membawa peserta didik terhadap kodrat alam dan kodrat zaman. Pembelajaran kontekstual dapat mendekatkan peserta didik dengan konteks lingkungan sosial budaya di sekitarnya.Â
Sebagai contoh dalam pembelajaran matematika, saat membelajarkan materi kesebangunan, saya dapat mengaitkannya dengan konteks lingkungan peserta didik, seperti mengukur tinggi pohon kelapa agar penebangan tepat sasaran sesuai kebutuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H