"Maksud kamu apa Rin?"tanya Dinda bingung.
"Kamu baru saja membuat Riko sakit hati,"Rini serius.
"Iya, maksudnya apa? Aku tidak mengerti Rin."
"Siapa yang mengantar kamu barusan?"tanya Rini penasaran
"Oh, jadi itu toh. Dia sahabatku waktu SMA,"jawab Dinda dengan senyum kecil di bibirnya.
"Aku harap itu benar Din."
     Dinda hanya tersenyum mendengar kata sahabatnya itu. Hari itu Dinda sebenarnya tidak bahagia sedikitpun meski ia di antar mobil mewah milik Cris. Ia lebih memilih diantar motor butut milik Riko.
       Pagi-pagi sekali Cris mendatangi rumahnya. Ia sangat cepat akrab dengan ibunya. Dengan gaya seorang eksekutif muda Cris mulai memuji dirinya sendiri di depan ibunya. Apalagi ibunya sudah sejak lama mengenal Cris. Waktu SMA Cris memang sering main-main ke rumah Dinda. Ibunya sangat kenal dengan Cris. Sejak itulah ibunya berniat menjodohkan Dinda dengan Cris. Ibu melihat Cris adalah pemuda yang tampan dan mapan. Mobilnya mewah, pakayannya necis. Hal itulah yang mempengaruhi ibunya. Dan sejak itulah ibunya tidak mau lagi Dinda di antar motor butut. Sebelum kehadiran Cris, Riko adalah satu-satunya orang menginjak rumah itu. Ibunya sangat senang karena Riko bisa membuat Dinda tersenyum dalam kesedihan yang melanda keluarga mereka. Ibu berubah total sejak kehadiran Cris. Riko dicampakkan. Seperti halnya pagi itu.
"Tante minta bantuan kamu ya,"kata ibunya pagi itu.
"Iya Tante. Dengan senang hati,"jawab Cris santai.
"Tolong antarkan Dinda ke kantornya. Ibu tak ingin ia diantar motor butut itu lagi,"kata ibunya menghina Riko.