Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fobia

7 Desember 2022   19:13 Diperbarui: 7 Desember 2022   19:25 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ia makin panik. Demamnya makin menggila saja. Ia menggigil.

"Sa ... saya harus bagaimana?" tanyanya.

"Kamu bisa mati!"

Temannya diam sejenak. Sepertinya berpikir. Kemudian ia menggeleng pelan. Vindi, sang pengacau yang menyebut dirinya preman ganteng, kalap. Pikirannya jadi kacau balau. Informasi dari televisi semalam, tentang wabah yang makin meresahkan ini sangat menakutkannya.

"Resep obat biasa saja dulu," kata temannya.

Ia makin kacau. Bisa ditebak, kalimat temannya itu tidak memuaskannya. Pikirannya sudah melayang jauh: tentang kematian! Ia menunduk pilu. Demamnya makin tinggi, batuknya makin parah, ingusnya terus menetes. Ia sesekali mendeham, serasa ada sesuatu di tenggorokannya.

***

Siapa yang tidak mengenalnya? Dia terkenal seantero kampung. Sosok berbadan kekar, tato naga di lengan kanan, potongan rambut cepak, telinga kiri-kanan berlubang sebesar pelek sepeda ontel! Ia tidak mengenal takut, apalagi habis mabuk.

"Ine, uang!" itu kalimatnya setiap saat di rumah.

"Nak, Ine uang dari mana?"

"Pokoknya uang!" desaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun