"Aku buru-buru ke sini setelah mendapat firasat bahwa kamu diganggu wanita itu" Dara memulai pembicaraan
"Siapa sih kak wanita itu?"
"Wanita yang kamu lihat di mimpimu adalah Bu Tedjo, teman kerjaku yang telah meninggal sebulan yang lalu"
"Bu Tedjo????" Sekar bergidik ngeri, kembali dia mengingat mimpi itu. Setelah berusaha sejenak untuk mengingat Sekar menyadari, pantas saja di dalam mimpi Sekar merasa seperti mengenal wanita itu. "Kenapa dia seperti itu kak?"
"Beberapa waktu lalu dia juga menggangguku, dia berdiri di depan pintu rumahku, tepat saat hujan deras, kondisinya mengerikan, kaki dan tangan terikat rantai besi, dia dihajar dan dicambuk oleh dua lelaki berbadan besar, dia menjerit memanggilku dan memohon untuk kutolong..."
"Kondisnya persis seperti di mimpiku, kak! Sungguh mengerikan! Apa yang telah terjadi padanya!" Sekar tak sabar dan menyela cerita kakaknya.
"Dalam perenunganku, aku mencoba menelisik dan masuk ke alamnya, memang sungguh mengerikan kondisinya, aku tidak tahu pasti apa yang telah dia perbuat sehingga dia memperoleh siksaan seperti itu, namun aku mendapat sedikit penglihatan bahwa di saat dia masih hidup, dia sering menggunakan uang yang bukan haknya." Dara menghela nafas panjang.
" Ya Allah, ternyata seperti itu kisahnya, lalu apa yang harus kita lakukan kak? Aku takut dia mengangguku lagi, aku takut kak!" Sekar mulai ketakutan lagi.
"Sebagai manusia tentunya kita hanya bisa mendoakan, semoga dengan doa dari kita, dia memperoleh pengampunan dari Tuhan Yang Maha Esa. Kamu jangan takut lagi, dia hanya sekali saja datang memberi pertanda, selanjutnya dia tak akan menganggumu lagi, asal kamu jangan lupa mendoakan dia" Sekar berusaha menenangkan Dara.
Malam itu Sekar terlalu takut untuk tidur sendirian, sehingga dia tidur ditemani mamanya. Tangan dan kakinya sudah tidak terlalu skait, namun masih meninggalkan bekas berwarna kebiruan. Setelah beberapa saat kesulitan memejamkan mata, Sekar akhirnya ketiduran. Dalam lelap tidurnya, Sekar bermimpi seolah dia berada di sebuah tanah lapang yang cukup sejuk. Di sekeliling tempatnya berdiri adalah pohon-pohon dan rumput yang rindang, angin sore berhembus sangat lembut membuat udara semakin sejuk saja. Kilauan senja mengintip di balik pepohonan yang daunnya rindang. Kembali Sekar bertanya dalam hati di manakah dia? mimpi apa lagi ini?
Sekar berusaha berjalan sambil berharap dia bertemu seseorang. Sepanjang penglihatannya tak terlihat seorangpun di tempat itu, Sekar menjadi takut. Di kejauhan ujung matanya menangkap sosok seseorang yang bersembunyi di belakang pohon.