Berapa persen sih warga Jakarta yang membangun sumur resapan?
Jika pihak swasta digedor-gedor dan tetap kesulitan untuk memaksa mereka membangun sumur resapan, apalagi warga masyarakat. Walau pemahaman mengenai lingkungan yang berkelanjutan semakin dipahami sebagai solusi, tidak hanya bagi generasi sekarang, juga generasi selanjutnya.
Awal 2020, Anies Baswedan sudah menawarkan solusi "zero run off", sayangnya menjadi tertawaan republik twitter. Yang mentertawakan tentu saja bukan enviromentalist, terlebih bukan pakar hidrologi.
Karena para pakar ITB lah yang menyarankan zero run off, yaitu menangkap air hujan di lokasi hujan turun.
Contohnya turun hujan di satu kawasan perumahan, maka setiap kepala keluarga yang tinggal di perumahan tersebut wajib membuat sumur resapan.
Nggak mampu membuat sumur resapan? Silakan membangun lubang resapan Biopori (LRB) di pekarangan rumah, yang bertujuan membuat air hujan tidak melompat keluar dari garis rumahnya.
Nggak ada pekarangan rumah? LRB dan sumur resapan bisa banget dibangun di selokan dan di jalan umum. "Blok Tempe" suatu kawasan yang dibangun Ridwan Kamil bersama BCCF membuktikan bahwa air banjir bisa diatasi di kawasan kumuh tersebut. Air nggak jalan-jalan membanjiri kawasan yang lebih rendah.
Air yang masuk keluar lagi melalui ubin/sela-sela lantai rumah? Itu pertanda lahan tempat bangunan berdiri sudah sakit kronis, tak mampu menyerap air sebagaimana seharusnya.
Sehingga harus dilakukan tindakan penyelamatan dengan membangun LRB dan mengisinya dengan sampah organik secara teratur. Agar mikroorganisme kembali datang, menyuburkan tanah dan membantu tanah menyesap limpasan air hujan.
Silakan lihat klik Biopori mengenai cara pembuatan LRB yang ditemukan Ir Kamir Raziudin Brata, M.Sc ini.
Air dan Climate Change