Apa Kata David Sutasurya?
"Mereka yang membuang sampah tanpa terpilah, berarti menghina petugas sampah", kata Direktur YPBB Bandung, David Sutasurya.
Seperti diketahui, komunitas YPBB Bandung berkiprah selama 26 tahun dalam gaya hidup organis, mengajak masyarakat perkotaan agar mengubah paradigma tentang sampah. Salah satu kalimat pedas yang pernah dilontarkan David adalah:
"Masyarakat sulit mengubah paradigma tentang sampah karena terkendala sikap hidup feodal."
Yup, benar banget ya? Tidak kaya, miskin, tua, muda, gemar membuang sampah sembarangan dengan alasan "toh sudah bayar uang sampah" atau " toh nanti ada pemulung yang ngambil", serta alasan lain yang menunjukkan sikap sok feodal.
Karena itu, seperti dikatakan David kemudian: "Pemilahan sampah sudah seharusnya merupakan kewajiban, bukan sekedar lagi sekadar kontribusi".
Apa kata Sano?
"Harus ada keadilan dalam hal pembayaran retribusi sampah. Keluarga yang banyak menghasilkan sampah harus membayar retribusi lebih tinggi dibanding mereka yang telah memilah sampah, sehingga output sampah hanya sedikit".
Prinsip ini sesuai dengan keadilan pembayaran yang telah dilakukan pada pelanggan listrik dan air. Pelanggan yang menggunakan listrik/air lebih banyak harus membayar rupiah lebih banyak pula.
Gerakan perubahan paradigma yang disertai reformasi persampahan telah lama menjadi fokus gerakan David dan Sano. Sano, nama panggilan Mohamad Bijaksana Junerosano, Founder Greeneration Indonesia dan Waste4Change. Keduanya, David dan Sano, sama-sama aktif sejak bangku kuliah di ITB bergelut di bidang persampahan dengan gayanya masing-masing.
Pastinya ingat gerakan "Diet Kantong Plastik" yang berhasil memunculkan peraturan kantong plastik berbayar di retail modern. Kiprah Sano dalam kantong plastik berbayar bisa dibaca di sini: