Desa menjanjikan penghidupan. Karena disini sumber daya alam bermuara. Dibutuhkan inovasi dan kreativitas untuk mengolahnya. Agar pasar milenial menerimanya tanpa kehilangan sentuhan kearifan lokal.
Bumdes Kemudo merupakan destinasi awal setelah mengunjungi pabrik Sari Husada. Di sini, petani mempelajari MOL atau Mikro Organisme Lokal,  berbahan  air bekas cucian beras dan sampah buah-buahan.  MOL dengan fungsinya sebagai  penyubur tanah dan sumber nutrisi tambahan bagi tumbuhan,  membuat panen berlimpah ruah.
Produk lanjutannya adalah sambel mercon yang bikin telinga kamu berdenging saking pedasnya. Saya tebak sambel ini terbuat dari cabe rawit merah atau cabe rawit domba di tanah Pasundan,  yang sukses membuat kuliner pedas dalam berbagai level. Mau coba? Jangan lupa siapkan sapu tangan atau tisu! Karena akibat kepedasan,  air mata akan bercucuran, cairan dari hidung berleleran,  bibir merah dan membengkak. Pedas yang  nagih! Tak heran. ketika pulang,  beberapa akademia menenteng sambel botolan. Hasil olahan UMKM setempat.
Juga ada UMKM furniture beromzet milyaran rupiah. Furnitur yang didesain kekinian untuk memasok kebutuhan cafe dan perumahan modern ini terbuat dari  bekas  kontainer kayu. Ya, limbah kayu yang acap dibuang dan menambah volume timbulan sampah, disini diolah dan dimanfaatkan kembali. Bahkan dengan nilai jual lebih tinggi.
Taman Pintar
Destinasi berikutnya berada di tengah kota Jogjakarta. Acap melalui taman bermain bernama Taman Pintar, saya baru menjejak dan  berselancar didalamnya. Ada deretan tokoh dunia yang membuat perubahan dunia: Einstein, Phytagoras,  Ibnu Sina  atau kerap disebut Avicenna, Filsuf Persia yang berjasa di bidang kedokteran.
Waktu sehari tak akan cukup untuk mengeliling Taman Pintar. Â Setiap ilmu dijelaskan dengan gamblang dan disediakan fasilitasnya. Danone membangun Taman Air Menari disini, juga PAUD, miniatur pabrik dan pendampingan kurikulum edukasi nutrisi.
Merapi Project
Ingin memandikan sapi? Yay, saya baru tahu bahwa sapi memiliki waktu mandi, makan dan diperah susunya. Para sapi berbaris rapi dalam kandang yang dikelilingi  tanaman rumput gajah sebagai makanannya. Mereka tak berhenti mengunyah. Tidak hanya rumput, juga tumbuhan jagung. Menjadi atraksi menarik melihat para sapi memutar bonggol buah jagung dari batang kemudian memamahnya.
Tak jauh dari kandang, ada kompor berbahan bakar biogas kotoran sapi yang bisa digunakan untuk memasak air atau sekedar mi instan. Kelebihan biogas disalurkan pada 7 rumah penduduk yang tinggal di sekitar project. Pemandangan yang menyenangkan melihat peternakan apik tertata  dan berdaya dengan beberapa terobosan.
Diantaranya  produk susu segar dan yoghurt berbagai rasa. Sebotol tak akan cukup. Endeus banget. Sayang jauh dari Bandung, andaikan dekat, pasti saya akan berlangganan yoghurt yang punya rasa berbeda ini.