Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sungai Bercadar

27 Juli 2018   16:21 Diperbarui: 27 Juli 2018   17:18 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nanobubble generator merupakan mesin yang bisa membuat gelembung di dalam air. Dengan adanya gelembung, oksigen di dalam air akan meningkat sehingga ekosistem di lokasi yang diberi nanobubble bisa hidup kembali" ujar Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI,  Anto Tri Sugiarto (sumber)

"Contohnya di Yokohama. Di pantai Yokohama. Pantai yang tercemar itu dipasang nanobubble ini tiga tahun kemudian ikannya datang lagi", lanjut Anto.

sumber: kompas.com
sumber: kompas.com
Hingga disini sangat jelas bahwa DKI Jakarta mempunyai alternatif penyelesaian masalah Kali Item yang berdampak jangka panjang dan berkelanjutan, jika dibanding hanya menutupnya dengan kain hitam.

Waring, nama lain kain hitam penutup Kali Item hanya berfungsi mengurangi penguapan selama perhelatan Asian Games, sesudah itu akan menumpuk menjadi sampah. Sampah yang sulit terurai. Waktunya mungkin tak lama lagi,  karena sekarangpun kain waring  mulai robek berlubang (sumber)

Terlepas dari kontroversi, ada hikmah dibalik kisah "sungai bercadar" . Yaitu tertujunya perhatian publik pada keberadaan Kali Item yang menyumbang polutan bagi penduduk disekitarnya. Adanya bau mengindikasikan air sungai tidak sehat. Kesehatan warga terancam.

Pemerintah wajib menormalkan kembali hingga biota air bisa hidup di Kali Item. Jangan hanya mengeduk lumpur, terlebih menutupnya dengan kain. Jangan menyesalkan pejabat terdahulu, karena tidak menghadirkan solusi. Ajak saja masyarakat sekitar untuk berpartisipasi, itu lebih realistis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun