Tampan? Ah, siapa bilang? Tentu saja menurut sejumlah media diantaranya tribunnews.com yang mendapuk Kang Emil, nama panggilan Ridwan Kamil sebagai salah satu pejabat daerah yang ganteng dan mampu membuat klepek-klepek. Jiahhhhh..... ^^
Bagaimana dengan predikat visioner? Sebetulnya jauh sebelum menjabat sebagai walikota Bandung, Kang Emil kerap mendulang pujian dari rekan-rekannya. Diantaranya dari mbak Cici, kordinator Bdg Berkebun, salah satu bagian dari Indonesia Berkebun. Â Program yang dirancang Kang Emil ini ditujukan untuk mengubah lahan terlantar menjadi produktif, solusi bagi urban stress, serta menyiapkan makanan sehat bagi keluarga. Sungguh visioner bukan?
Setelah terpilih sebagai Walikota Bandung periode 2013-2018, Ridwan Kamil membuktikan bahwa pujian mbak Cici tidak salah alamat. Kang Emil menggunakan ilmu dan  wawasan yang dimiliki untuk mengimplementasikan visi misinya dalam membangun Kota Bandung.
Tujuan
 Visi dan misi pembangunan suatu kota kerap hanya berakhir menjadi slogan semata. Tidak demikian halnya dengan Kota Bandung. Kang Emil memilih slogan Bandung Juara, kalimat yang mudah dicerna agar semua pihak turut serta memajukan pembangunan ekonomi, sosial, budaya,  lingkungan  dan aspek lainnya.
Parameter keberhasilannya adalah Indeks Kebahagiaan yang ditargetkan meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sumber ada 10 variabel yang digunakan untuk mengukur yaitu pekerjaan, pendapatan rumah tangga, kondisi rumah dan aset, pendidikan, kesehatan, keharmonisan keluarga hubungan sosial, ketersediaan waktu luang, kondisi lingkungan dan kondisi keamanan.
Hasilnya, indeks kebahagiaan Kota Bandung padatahun 2017 mencapai 73,43 melebihi rata-rata nasional yang hanya 70,69. Dengan adanya standar ini diharapkan pembangunan menjadi tepat sasaran, Â seimbang antara fisik dan mental.
Mengubah perilaku dan paradigma
Banyak yang mencemooh ketika Kang Emil bersama warga mengikuti gerakan pungut sampah (GPS). Padahal kegiatan GPS bertujuan mengubah paradigma  agar warga mau mengurus sampahnya sendiri. Jika jijik pada sampah yang dihasilkan bagaimana masalah sampah bisa teratasi?