Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

5 Langkah Mudah Mengawali Perilaku Nol Sampah

23 Februari 2017   18:03 Diperbarui: 24 Februari 2017   06:00 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan menggunakan sapu tangan, berarti kita juga telah menyelamatkan hektaran hutan. Sebatang pohon pinus dewasa menghasilkan  84.000 lembar kertas berukuran 21 x 28 cm. Bisa dihitung berapa banyak pohon yang harus ditebang untuk memenuhi kebutuhan 10 % penduduk Indonesia. Belum termasuk cemaran yang dihasilkan dan sumber air dan zat kimia yang harus digunakan untuk memproduksi kertas termasuk kertas tisu. Sungguh wow sekali.

Bagi penyuka drama korea mungkin masih ingat adegan Yoon Ji Hoo membantu Gem Jan Di dengan saputangannya? Nah mungkin juga atraksi serupa bisa menjadi modus pedekate ke gebetan? Ahayyy…… ^^

  • Buatlah Post it dengan kertas bekas struk, nota pembdelian dan berbagai kertas lainnya.

Sebetulnya  post it yang berasal dari kertas bekas adalah symbol bijak menggunakan ulang kertas bekas. Tentunya tindakan paperless akan lebih baik lagi, seperti yang telah dilakukan Kompasiana ketika mengadakan event, peserta mengisi daftar hadir langsung ke perangkat computer.

Tindakan menghamburkan kertas akan menjadi alasan produsen kertas untuk memperluas alih fungsi hutan. Sesuatu yang tidak kita sukai bukan?

  • Gunakan  rantang/ misting, tolak kertas pembungkus nasi.

Tahukah bahwa kertas nasi yang berwarna coklat sebetulnya berasal dari sampah kertas, kardus dan beragam kertas lainnya?  Kertas sekali pakai ini dilapisi plastik tipis sehingga seharusnya terlarang untuk  membungkus makanan yang masih panas. Dengan alasan lebih praktis, pedagang makanan memilih kertas nasi dibanding daun pisang bukan disebabkan harga. “Harganya mah sama aja, neng”, katanya.

Sebagai konsumen kita memilih cara aman dong ya? Menolak makanan tercermar yang baru terasa akibatnya setelah sekian tahun.  Sungguh suatu pilihan bijak jika kita makan di tempat atau menggunakan  misting/rantang untuk membawa jajanan pulang ke rumah.

  • Gunakan reusable bag (tas pakai ulang).

Mengapa muncul ajakan menolak kantong plastik (keresek)? Karena produsen produk plastik bukan main senang hatinya  jika konsumsi keresek sangat tinggi. Semakin banyak produksi keresek berarti menaikkan omzet penjualan yang akan berimbas pada profit.  Mereka tidak peduli sampah yang dihasilkan baru akan terurai ribuan tahun kemudian atau hanya sekedar hancur menjadi mikroplastik.   EGP kata mereka.

Jadi kuncinya adalah kita, konsumen. Mau mengikuti kemauan produsen atau memilih menyelamatkan lingkungan hidup yang begitu terbatas. Penggunaan tas pakai ulang tidak terbatas pada reusable bag yang harus kita beli. Keresek yang dimiliki juga bisa digunakan ulang untuk berbelanja. Sekarang banyak konsumen yang membawa keresek dari supermarket lain ketika berbelanja di Superindo, salah satu retail modern yang konsisten menerapkan “kantong plastik tidak gratis”

******

Perilaku nol sampah atau zero waste lifestyle ternyata tidak hanya berpengaruh pada pengurangan sampah yang dihasilkan tapi juga penghematan isi dompet. Kita tidak harus mengeluarkan rupiah untuk membeli minuman dalam kemasan yang ternyata menimbulkan jejak ekologis tinggi dalam mendaur ulang. Terlebih sampah plastik yang tidak di recycle ternyata berakhir di saluran air dan mengakibatkan kematian biota air.

Rasanya sepadan bukan? Perilaku nol sampah yang semula dirasa berat ternyata berdampak positif di berbagai lini. Dan yang pasti kita tidak akan dimarahi Ridwan Kamil ketika berleha-leha di jalan Dago yang kian cozy, karena kita tidak nyampah. ^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun