Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Omega

31 Maret 2016   17:27 Diperbarui: 31 Maret 2016   17:40 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di markas sersan…

                “Sersan, tersangka telah kami temukan”, kata laki-laki yang menangkap dan membawaku pada sersan. “Bagus. Sekarang kau takkan bisa kemana-mana lagi gadis kecil yang cantik, tipu muslihatmu untuk menghindari hukuman gagal”, kata Sersan Dunn sambil mencolek pipi dan tanganku. Aku berusaha menggerakkan badanku untuk menghindarinya. “Sekarang, bawa dia ke ruang penyidikan”, perintah Sersan Dunn pada laki-laki yang membawaku. “Baiklah, sersan. Ayo jalan”, kata laki-laki itu padaku sambil mendorongku kasar.

                Di ruang penyidikan…

                “Ooh.Ini dia tersangka kita, Meredith Parlor. Kau melarikan diri ke Oregon dan juga merekonstruksi darahmu untuk menghindari hukuman raja atas pelanggaranmu. Sean Kingsley, siapkan obat kejujurannya. Kita akan memulai penyidikan kita”, kata Olivia. “Baik, Olivia. Obat dan suntikannya sedang dipersiapkan” (Setelah persiapan selesai, Sean menyuntikkannya padaku). “Baiklah nona, penyidikan akan dimulai. Ceritakan padaku dengan menggunakan zat kimia apa kau merekonstruksi darahmu dan bagaimana caramu melakukannya”, tanya Olivia padaku. “Aku mereaksikan bromine dan air raksa dengan sedikit darahku, kemudian aku tambahkan sedikit air dan memanaskannya hingga mendidih lalu aku dinginkan selama dua puluh empat jam kemudian aku minum. 

Aku hanya perlu menunggu beberapa jam dan darahku sudah berubah menjadi darah manusia biasa”, jelasku. “Hmm, baiklah. Nah sekarang jelaskan dari mana kau mendapatkan info mengenai cara merekonstruksi darah”, tanya Olivia lagi. “Aku mendapatkannya dari sebuah blog di internet”, jawabku. “Baiklah, kalau boleh tahu blog milik siapa yang kau kunjungi?”, tanya Olivia lagi. “Blog milik Hillary Thetania, salah satu ilmuwan terkenal. Dia juga yang menciptakan teknologi ini”, jawabku. “Oke. Sekarang pertanyaan terakhir jelaskan caramu melarikan diri dari keluargamu dan memilih Oregon sebagai tempat tinggalmu sementara”, tanya Olivia. 

“Beberapa hari setelah aku dinyatakan telah memperoleh gelar Delusion Human, aku mengetahui kalau ini pelanggaran terhadap perintah raja, makanya aku memutuskan untuk meninggalkan rumah. Aku menggunakan mesin dimensiku dan berpikir tempat apa yang cocok untuk kediamanku sementara, lalu aku memilih Oregon”, jawabku. “Baiklah sudah selesai semuanya. Sean suntikkan lagi obatnya untuk menghilangkan reaksi pada pikiran dan tubuhnya”, perintah Olivia. “Baik, Olivia. Sudah selesai”, ucap Sean setelah menyuntikkan obat kejujuran itu lagi. “Penyidikan sudah selesai, silakan kau menunggu di ruang tunggu”, kata Sean lagi lalu mengantarku ke ruang tunggu.

                Tak lama berselang di ruang tunggu…

                “Ben, bagaimana kau bisa disini? Apa yang kau lakukan? Kalau mereka melihatmu bagaimana? Mereka bisa menangkapmu”, tanyaku begitu melihat Ben di sampingku. “Sst…aku tidak bisa meninggalkanmu saat kau sedang ada masalah seperti ini, sayang, tenanglah jangan berpikiran negatif seperti itu. Aku kesini dengan menggunakan mesin dimensi milikmu. Aku sudah tahu semua tentangmu”, kata Ben sambil mengecup keningku. “Bagaimana kau bisa menggunakan mesin dimensiku?”, tanyaku bingung. 

“Aku mempelajarinya sendiri dengan mencari informasi di internet. Sudahlah lupakan hal itu. Sekarang bagaimana perkembangan kasusmu, sayang?”, kata Ben. “Ben, mereka menggunakan obat kejujuran dalam penyidikan untuk memancingku mengakui secara jujur apa yang sudah kulakukan. Aku baru menyadari bahwa aku telah mengakui kalau aku sudah menggunakan zat terlarang untuk merekonstruksi darahku dan menyalahgunakan mesin dimensi yang aku miliki. 

Aku sungguh-sungguh menyesal Ben, maafkan aku”, kataku sambil menitikkan air mata. “Sudahlah sayang. Kau sudah mengakui kesalahanmu dan sebagai seorang pribadi yang baik kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu dan jangan kau ulangi lagi. Aku sudah memaafkanmu”, kata Ben menghapus air mataku lalu memelukku erat. “Terima kasih, sayang. Aku mencintaimu”, balasku sambil memeluknya. “Nona Meredith, kau dipanggil menghadap hakim sekarang untuk pembacaan vonis”, panggil Sersan Dunn lantang. “Ben, aku akan ke ruang sidang. Sebaiknya kau kembali pulang. Percayalah aku akan baik-baik saja disini, aku mencintaimu”, kataku cepat. “Baiklah sayang. Aku mencintaimu”, kata Ben lalu kembali pulang dengan mesin dimensiku.

                Di ruang sidang…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun