“Ya betul. Tapi, aku paling tidak suka lagi kalau bunga ini rusak, seperti kamu memetiknya.”
“Maaf aku tidak bermaksud.” Kataku kaget.
“Tidak apa, Na. Mawar itu kaya kamu. Cantik tapi menyakitkan pula. Tapi, kamu tidak sepenuhnya seperti mawar. Kamu malah tidak ingin menyakiti orang yang telah menyentuhmu. Kamu terlalu baik, Na.” Kata Joshua sambil melihat ke arahku.
“Aku baik-baik saja, Jos.” Aku merasa takut. Ada apa dengan Joshua? Kenapa dia kelihatan seperti memendam rasa dendam. “Kamu baik-baik saja, Jos?”
“Ya aku baik.” Lalu tersenyum ke arahku. “Maaf. Aku membuatmu takut ya? Aku hanya berfikir kenapa kamu tidak ingin membalas dendam kepada mereka? Atau apapun itu?”
“Aku tidak apa-apa. Kata tante, terserah orang mau berkata apa. asal kita tidak melakukannya. Mungkin memang ini sudah takdirku.” Jawabku sambil tersenyum. Aku tidak mau Joshua merasa khawatir terus-menerus terhadapku.
“Baiklah. Ayo kita harus siap-siap untuk api unggun. Aku tidak mau kamu bersedih lagi.” Dan seperti biasa Joshua mengulurkan tangannya untukku. Hanya untukku.
#####
“Apa yang telah aku lakukan? Tidak. Tidak mungkin. Kenapa aku memegang pisau?!”
“Joshua? Joshua...... Kamu dimana? Kamu... kamu ngapain megang pisau?” Josshua kenapa banyak darah disini?”