Mohon tunggu...
maria audrey kirana
maria audrey kirana Mohon Tunggu... mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senyuman

6 September 2015   21:25 Diperbarui: 10 September 2015   23:57 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Lang, makan siang yuk.” Ajak temanku, Edward.

“Bentar dulu, gue mau kirim foto-fotonya ke Nico dulu.” Jawabku. “Nah selesai.”

“Naik mobil lo apa gue?” Tanya Edward sambil memutar-mutar kuncinya.

“Elo aja deh. Mobil gue ada di bengkel.”

“Oke oke. Kasian elo juga habis ngelembur biarkan gue berbaik hati menjadi sopir lo hari ini.”

“Thanks, Bro.” Jawabku sambil merangkul pundaknya.

“Udeh ah. Nanti dikira homo kita. Gue masih butuh istri nanti tahu gak. Jadi, jangan turunin pamor gue.” Katanya dengan berlagak sok jijik.

“Hahahaha..... kan gue emang suka sama lo.” Kataku sambil mengedipkan mata.

“Sarap.” Jawabnya sambil tertawa kecil.

 

#####

“Bro, gue ke toilet dulu ya. Lo yang cari tempat sama pesenin makanan yang biasa aja ya.”

“Oke.” Jawabku, lalu mulai melihat ke sekeliling untuk mencari tempat yang kosong. “Nah disitu aja.”

“Cantik.” Gumamku.

Benar-benar cantik, apalagi dia terkenal pantulan cahaya dari luar. Aku langsung mengambil hapeku dan memotretnya. Tetapi, matanya terlihat kosong sambil menatap laptopnya. Dan aku merasa sakit saat menatapnya seperti itu. Ada apa dengannya? Hanya pertanyaan itu yang ada di kepalaku.

“Oi.... Lo ngapain sampe gitu amat liatinnya, Bro.” Kata Edward yang membuatku kaget.

“Gak apa. Jangan bikin gue jantungan deh.” Jawabku sambil melihat kearahnya.

“Hm.... Gue tahu elo itu fotografer handal dan terkenal, Lang. Tapi, jangan kebiasaan suka foto orang sembarangan, nanti lo dikira penguntit lagi.”

Aku melihat kearah yang Edward lihat, yaitu hape yang masih di genggamanku.

“Maaf. Lo tahu sendiri gue gak bisa tahan lihat pemandangan bagus. Apalagi kalau perpaduannya bagus gitu. Jendela, cahaya yang memantul, dan perempuan yang terlihat cantik tapi tatapannya kosong.” Kataku sambil melihat foto perempuan itu.

“Dia selalu seperti itu. Entahlah kenapa. Dan dia cuma datang kesini setiap hari rabu dari siang sampai sore. Dan seperti yang lo lihat, dia juga selalu bawa laptopnya.” Kata Edward sambil melirik kearah perempuan di dekat jendela itu.

“Kenapa lo bisa tahu sedetail itu?” Tanyaku penasaran.

“Kan gue biasa makan disini jadi tahu. Elo kan kelamaan keliling Turki sama Paris. Dan tenang aja gue gak bakal ngerebut incaran sahabat gue kok.” Jawabnya sambil tersenyum penuh arti kearahku.

“Ya.” Hanya itu jawaban yang bisa kuberikan sambil melirik perempuan itu.

 

####

“Boleh aku duduk disni? Soalnya tidak ada tempat kosong lagi.” Kataku kepada perempuan yang ada dihadapanku. Dan sudah beberapa kali setiap hari rabu, aku selalu disini untuk melihatnya. Melihat tatapan sedihnya setiap dia melihat sesuatu di laptopnya.

Dia melihat kearahku. Cokelat terang warna mata yang cantik untuknya. “Silahkan.” Hanya itu jawabannya.

“Terimakasih?”

Rana. Kirana.”

“Terimakasih, Rana.” Ulangku. “Aku Erlangga.”

“Sama-sama, Langga.” Jawabnya sambil tersenyum kecil.

Manis hanya itu yang bisa aku ungkapkan atas senyumannya. Harusnya dia tersenyum setiap saat.

“Aku makan dulu ya, Rana.”

“Iya, terimakasih.”

Selama aku makanpun, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Terkadang dia tersenyum kecil, lalu dia sedih kembali. Hanya yang aku tahu yang dia lihat ada video, karena dia memakai earphone. Tetapi, video apa yang dia lihat aku tidak tahu.

“Boleh aku bertanya sesuatu?” Tanyaku akhinya.

Dia mentapku dengan cukup bingung, dan hanya mengangguk sebagai jawabannya.

“Maaf sebelumnya kalau pertanyaanku cukup lancang. Tetapi, aku hanya ingin tahu apa yang membuat kamu sedih setiap melihat ke laptop kamu. Video apa yang kamu lihat?” Kataku dengan berusaha pelan dan tidak menyinggung perasaannya. Aku sangat takut kalau dia marah dan aku tidak bisa melihatnya lagi.

“Ya aku memang melihat sebuah video. Video seseorang yang dulu aku sia-siakan. Kau tahu saat kamu baru sadar kalau kamu mencintainya, tetapi sekarang kamu tidak bisa menggapainya, karena tindakan bodoh yang dulu kamu lakukan. Itulah yang aku rasakan.” Jawabnya sambil melihat kearah laptopnya.

“Memang benar penyesalan selalu datang di akhir. Tetapi, hanya dengan myesal dan meratapinya apakah dapat mengubah kejadian itu?” Dan dia melihat kearahku. “Tidak bukan. Lebih baik kamu meminta maaf dan berusaha melihat ke depan. Aku tahu memang mengatakannya sangat mudah, tetapi jika kamu tidak mencobanya, kamu tidak tahu apa yang terjadikan. Tersenyumlah Rana. Kamu cantik dan jika kamu selalu tersenyum kamu akan terlihat lebih menawan.” Kataku sambil tersenyum kearahnya. Dan dia menatapku dengan tidak percaya, tetapi mulai menampakan senyumnya.

“Terimakasih, Langga.”

 

#####

“Kamu lihat apa, Sayang?”

“Aku lagi lihat-lihat foto aja.” Jawabku sambil melihat kearahnya. Ya dia istriku.

“Kok yang itu sih. Masa aku lagi sedih gitu kamu foto sih.” Katanya dengan manja.

“Hahahaha.... Tapi, aku suka kok. Buat aku kamu selalu cantik, Rana. Selalu. Tetapi, lebih cantik kalau kamu ...”

“Tersenyum. Itu yang selalu kamu katakan, Langga. Dan aku senang hanya aku yang manggil kamu dengan Langga.” Katanya sambil tersenyum.

            Perempuan yang dulu hanya aku bisa lihat tatapan kosongnya, sekarang dia berubah menjadi sangat ceria. Rana sudah meminta maaf kepada mantannya dan mereka bersahabat sekarang. Dan aku pertamanya mengira jika mereka akan kembali menjadi sepasang kekasih. Tetapi, Rana malah mengatakan kalau dia tidak mungkin melakukan kesalahan yang sama dengan meninggalkan seseorang yang berharga untuknya. Dan dia mengatakan itu sambil tersenyum, tersenyum tulus dan senyuman itu sampai ke matanya yang indah.

“Terimakasih, Langga. Kamu mau menemaniku dan membuat aku bangkit dari kesedihanku. Kamu segalanya bagiku. Aku mencintaimu dengan setulus hati.” Kata Kirana yang membuat aku terharu.

“Terimakasih juga, Sayang. Aku mencintaimu dan calon anak kita.” Jawabku lalu mencium keningnya dan perutnya yang membuncit sudah tujuh bulan ini.

#####

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun