“Bro, gue ke toilet dulu ya. Lo yang cari tempat sama pesenin makanan yang biasa aja ya.”
“Oke.” Jawabku, lalu mulai melihat ke sekeliling untuk mencari tempat yang kosong. “Nah disitu aja.”
“Cantik.” Gumamku.
Benar-benar cantik, apalagi dia terkenal pantulan cahaya dari luar. Aku langsung mengambil hapeku dan memotretnya. Tetapi, matanya terlihat kosong sambil menatap laptopnya. Dan aku merasa sakit saat menatapnya seperti itu. Ada apa dengannya? Hanya pertanyaan itu yang ada di kepalaku.
“Oi.... Lo ngapain sampe gitu amat liatinnya, Bro.” Kata Edward yang membuatku kaget.
“Gak apa. Jangan bikin gue jantungan deh.” Jawabku sambil melihat kearahnya.
“Hm.... Gue tahu elo itu fotografer handal dan terkenal, Lang. Tapi, jangan kebiasaan suka foto orang sembarangan, nanti lo dikira penguntit lagi.”
Aku melihat kearah yang Edward lihat, yaitu hape yang masih di genggamanku.
“Maaf. Lo tahu sendiri gue gak bisa tahan lihat pemandangan bagus. Apalagi kalau perpaduannya bagus gitu. Jendela, cahaya yang memantul, dan perempuan yang terlihat cantik tapi tatapannya kosong.” Kataku sambil melihat foto perempuan itu.
“Dia selalu seperti itu. Entahlah kenapa. Dan dia cuma datang kesini setiap hari rabu dari siang sampai sore. Dan seperti yang lo lihat, dia juga selalu bawa laptopnya.” Kata Edward sambil melirik kearah perempuan di dekat jendela itu.
“Kenapa lo bisa tahu sedetail itu?” Tanyaku penasaran.