Mari mengingat kisah
Masa silam milik negeri
77 tahun sudah,
Belanda Jepang telah pergi.
Mari mengenang cerita
Kilas balik milik negeri
Ketika hidup harus dibeli dengan air mata
Ketika keringat membayar tuntas untuk merdeka.
Mari berbagi fakta
Ini kisah dari Pelosok negeri
Cerita bahwa hidup masih harus dibeli dengan air mata,
Kisah tentang merdeka yang mesti dibayar tuntas dengan keringat.
Mari dengarlah,
 Aku bersuara mengatasnamai kehendak para pahlawan tanpa tanda jasa.
Aku, Suluh dari timur,
Penerang batin anak tanah timur yang masih kaku mengeja kalimat di gubuk kelas paling reot.
Aku, GURU, Gudang Utang Rumah Usang,akhir bulan bayar utang.
Keringat di awal bulan, air mata di akhir bulan.
Mari kubagi kisah,
Kisahku tentang sepatu tua,Â
teman paling setia sepanjang jalan berlumpur sejak tujuh tahun silam.
Ia yang telah terkoyak, tak mampu hentikan kaki selangkahpun.
sepatu tuaku,Â
Saksi bisu perjalanan paling nikmat
demi jiwa yang benar- benar haus akan ilmu.
Mari berlanjut kisah ke masa paling menyeramkan.
Ketika kelu wajah raga-raga berbalut seragam putih abu-abu tak bisa kutatap.
Corona, virus mematikan, menakutkan segenap jagad.
Oh,, sajakku hampir mati, tergilas rindu yang paling berat.
Lalu, dengan apakah perihal rindu ini mesti tersampaikan? Android tanpa sinyal, bagaimana mungkin rindu menemui jalan pulang pada tuannya?
Pada pintu nuraniku bayangan tangan mereka mengetuk.
Aku tak bisa berlarut dalam ri
ndu yang kian menyiksa batin,
Kutemui mereka dari rumah ke rumah, Â
Sajakku untuk mereka tak boleh mati, meski napas sempat tersengal dalam balutan masker.
Mari kukatakan
Ini kalimat indah penghibur batin
Bahwa korban sesungguhnya bukan tentang amplop dan isinya di akhir bulan,
tetapi tentang seseorang berseragam polisi yang menjabat tangan dan berungkap
 "Terima kasih guru, ini hasil didikanmu ".
Mari menidurkan kenangku dalam keningmu.
Aku telah menyobek setiap keraguan bersama sepatu tuaku.
Aku telah menghargai setiap proses bersama isi amplopku
Aku telah melepas bimbang bersama maskerku.
 Akulah pemenang bersama dia yang menjabat tanganku
Wahai pemimpin sanjunganku
Dari Timur negeri kutitipkan pesan
Aku masih setia di gubuk kelas paling reot.
Ya... Aku masih disini,
Aku yang punyai merdeka Negeri tujuh puluh tujuh tahun silam,
Namun masih bersepatu tua sejak tujuh tahun silam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI