Mohon tunggu...
Maria IrminaIna
Maria IrminaIna Mohon Tunggu... Guru - Guru fisika

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suluh dari Pelosok Negeri

1 November 2022   20:50 Diperbarui: 1 November 2022   20:57 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mari mengingat kisah

Masa silam milik negeri

77 tahun sudah,

Belanda Jepang telah pergi.

Mari mengenang cerita

Kilas balik milik negeri

Ketika hidup harus dibeli dengan air mata

Ketika keringat membayar tuntas untuk merdeka.

Mari berbagi fakta

Ini kisah dari Pelosok negeri

Cerita bahwa hidup masih harus dibeli dengan air mata,

Kisah tentang merdeka yang mesti dibayar tuntas dengan keringat.

Mari dengarlah,

 Aku bersuara mengatasnamai kehendak para pahlawan tanpa tanda jasa.

Aku, Suluh dari timur,

Penerang batin anak tanah timur yang masih kaku mengeja kalimat di gubuk kelas paling reot.

Aku, GURU, Gudang Utang Rumah Usang,akhir bulan bayar utang.

Keringat di awal bulan, air mata di akhir bulan.

Mari kubagi kisah,

Kisahku tentang sepatu tua, 

teman paling setia sepanjang jalan berlumpur sejak tujuh tahun silam.

Ia yang telah terkoyak, tak mampu hentikan kaki selangkahpun.

sepatu tuaku, 

Saksi bisu perjalanan paling nikmat

demi jiwa yang benar- benar haus akan ilmu.

Mari berlanjut kisah ke masa paling menyeramkan.

Ketika kelu wajah raga-raga berbalut seragam putih abu-abu tak bisa kutatap.

Corona, virus mematikan, menakutkan segenap jagad.

Oh,, sajakku hampir mati, tergilas rindu yang paling berat.

Lalu, dengan apakah perihal rindu ini mesti tersampaikan? Android tanpa sinyal, bagaimana mungkin rindu menemui jalan pulang pada tuannya?

Pada pintu nuraniku bayangan tangan mereka mengetuk.

Aku tak bisa berlarut dalam ri

ndu yang kian menyiksa batin,

Kutemui mereka dari rumah ke rumah,  

Sajakku untuk mereka tak boleh mati, meski napas sempat tersengal dalam balutan masker.

Mari kukatakan

Ini kalimat indah penghibur batin

Bahwa korban sesungguhnya bukan tentang amplop dan isinya di akhir bulan,

tetapi tentang seseorang berseragam polisi yang menjabat tangan dan berungkap

 "Terima kasih guru, ini hasil didikanmu ".

Mari menidurkan kenangku dalam keningmu.

Aku telah menyobek setiap keraguan bersama sepatu tuaku.

Aku telah menghargai setiap proses bersama isi amplopku

Aku telah melepas bimbang bersama maskerku.

 Akulah pemenang bersama dia yang menjabat tanganku

Wahai pemimpin sanjunganku

Dari Timur negeri kutitipkan pesan

Aku masih setia di gubuk kelas paling reot.

Ya... Aku masih disini,

Aku yang punyai merdeka Negeri tujuh puluh tujuh tahun silam,

Namun masih bersepatu tua sejak tujuh tahun silam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun