Para suci pun demikian. Yang mereka sampaikan dapat dipastikan kebaikan yang bermanfaat bagi kita semua. Namun sangat disayangkan masih banyak orang hanya melihat buku dari cover atau sampulnya. Belum dibaca, kita sudah menghakimi. Mengapa bisa terjadi?
Karena kita sudah mempunyai konsep terlebih dahulu dalam pikiran kita. Adanya konsep pikiran kita membuat kita menolak segala sesuatu yang tidak sessuali dengan konsep kita. Dengan kata lain, kita hanya mau mendengar atau melihat segala sesuatu yang KITA INGINKAN. Bila hal seperti ini kita lakukan terus menerus, kita tilak bisa berkembang. Ya, bagaikan katak daam tempurung, kita hidup dalam dunia kita terus. Kebenaran  atau kebaikan menurut konsep pikiran kita.
Kita selalu mengharapkan imbalan atau balasan dari perbuatan baik kita. Inilah kebaikan yang mencelakakan diri kita. Dengan kata lain, kita belum memahami bahwa perbuatan baik sesungguhnya sudah menjadi sifat dasar kita. Ingatlah bahwa tiada keterpisahan antara insan dan Tuhan. Kemuliaan perbuatan kitalah kesejatian kemuliaan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H