Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebaikan Suatu Hal Lumrah

15 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 15 Juli 2024   06:56 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://kumparan.com/

Tidak ada yang perlu dibanggakan dari suatu kebaikan. Karena kebaikan adalah berkembangnya kemanusiaan daam diri setiap insan, bagaikan keindahan bunga dan kicauan merdu burung di pagi hari. 

Kita lihat setiap pagi bunga bermekaran, burung berkicau tanpa meminta atau harapkan pujian, demikian pula semestinya kebaikan dalam diri manusia; 'DO GOOD BECAUSE YOU ARE GOOD'. Sayangnya berbuat baik masih dianggap luar biasa atau mesti diupayakan. Yang luar biasa adalah bila manusia yang melupakan kemanusiaannya. Ia belum jadi MANUSIA. Para leluhur kita telah menuliskan dalam suatu kitab kuno : "MANURBHAVA" ; Jadilah manusia.

Pesan leluhur kita ini terabaikan atau terlupakan, semata karena kita begitu terpengaruh oleh kenyamanan indra kita. Hal ini sering kita lihat di medsos atau berita layar kaca. Begitu mudahnya atau sangat sepele, hanya karena masalah kecil, seseorang dengan hati dingin menghabisi sesama manusia. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Pengaruh lingkungan sangat besar. Ada beberapa sebab yang mungkin bisa kita gali atau cermati. 

Pengaruh media sosial yang bisa diakses melalui gadget secara gampang. Semakin sering membuka medsos melalui gadget, semakin kita ketagihan. Tanpa disadari kita merekam hal buruk. 

Bila diperhatikan, ketertarikan untuk memberikan komentar sangat mudah. Apalgi komentar yang menyudutkan atau menjelekkan. Kita anggap kita berbuat baik dengan memberikan kritik, namun sesungguhnya yang kita sampaikan merupakan cerminan keburukan dalam diri kita. Komentar yang kita tuliskan  pada umumnya tidak memberikan solusi sehingga semakin memperburuk keadaan.

Bila kita memang bermaksud untuk memberikan masukan, pikirlah dengan baik tulisan komentar kita sehingga bisa memberikan solusi. Inilah ciri-ciri orang yang budhi atau intelegensinya sudah berkembang. Ciri-ciri dari orang yang budhi atau intelegensinya belum berkembang japat dilihat dari komentar yang disampaikan; selalu menyudutkan atau mencari kesalahan orang lain. Ini hanya membuktikan bahwa kita masih dikuasai ego, seakan kita paling benar dan baik.      

Pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap perilaku. Bergaul dengan orang baik, kita memiliki sifat baik juga. Di sinilah peran tarik menarik energi. 

Jenis atau kualitas makanan akan sangat berpengaruh terhadap perbuatan kita. Misalnya konsum daging mendorong seseorang bertemperamen panas, karena hewan telah memiliki emosi. Sangat beda bila kita banyak konsumsi tumbuhan yang cenderung memberikan keluasan berpikir. 

Marilah kita belajar dari alam : burung berkicau sebagai ungkapan syukur terhadap Sang Pencipta. Telinga kita bisa menikmati keindahan atau merdunya kicauan burung. Kita bisa melihat bunga yang warna-warni, bunga tidak mekar karena harapkan pujian dari kita. Kita bisa mendapatkan manfaat dari kicauan burung dan keindahan bunga. 

Para suci pun demikian. Yang mereka sampaikan dapat dipastikan kebaikan yang bermanfaat bagi kita semua. Namun sangat disayangkan masih banyak orang hanya melihat buku dari cover atau sampulnya. Belum dibaca, kita sudah menghakimi. Mengapa bisa terjadi?

Karena kita sudah mempunyai konsep terlebih dahulu dalam pikiran kita. Adanya konsep pikiran kita membuat kita menolak segala sesuatu yang tidak sessuali dengan konsep kita. Dengan kata lain, kita hanya mau mendengar atau melihat segala sesuatu yang KITA INGINKAN. Bila hal seperti ini kita lakukan terus menerus, kita tilak bisa berkembang. Ya, bagaikan katak daam tempurung, kita hidup dalam dunia kita terus. Kebenaran  atau kebaikan menurut konsep pikiran kita.

Kita selalu mengharapkan imbalan atau balasan dari perbuatan baik kita. Inilah kebaikan yang mencelakakan diri kita. Dengan kata lain, kita belum memahami bahwa perbuatan baik sesungguhnya sudah menjadi sifat dasar kita. Ingatlah bahwa tiada keterpisahan antara insan dan Tuhan. Kemuliaan perbuatan kitalah kesejatian kemuliaan-Nya.

https://kumparan.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun