Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tanpa Kematian, Tiada Kesadaran Bahwa Semuanya Semu

5 Juni 2024   06:30 Diperbarui: 5 Juni 2024   06:31 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://aceh.tribunnews.com/

Kematian tubuh adalah keniscayaan. Mengapa mesti takut?

Kematian sendiri tidak perlu ditakutkan, yang banyak ditakutkan adalah keterpisahan terhadap segala kenyamanan yang dinikmati indra. Dengan kata lain sesungguhnya yang membuat manusia menderita pada saat kematian tubuh tiba adalah keterikatan terhadap yang tampaknya ada, namun realitanya juga semu. Mengapa semu?

Bukankah kita juga hidup dalam mimpi?

Bila tidak percaya, tolong berikan bukti pada saya, satu pun benda yang bisa kita miliki selamanya. Harta dunia berupa uang? Bukan kah uang yang kita miliki juga terlepaskan saat kita butuh sesuatu?

Rumah? Ketika kita bepergian, rumah juga kita tinggalkan.

Pakaian? Baju yang kita pakai juga kotor, besok pun harus ganti.

Tubuh juga mesti ditinggalkan saat sudah waktunya harus meninggalkan dunia ini.

Ketika kita mati/tubuh yang ditinggalkan akan musnah atau terurai menyatu dengan bumi. Bukan kah ini proses alami juga? Perasaan takut, sakit dan kecewa pun sesungguhnya tidak nyata. Pada saat hidup di dunia, semua yang tidak nyata menjadi nyata bila dan bila tubuh fisik kita terganggu. Dengan demikian, yang pertama kita rasakan adalah sakit mental, baru memberikan simptom pada tubuh kita. Tiada sakit tubuh panpa didahului sakit mental. Ya, kecuali kecelakaan, tetapi yakin kah kecelakaan terjadi bila tidak didahului sakit pada mental?

Sama sekali tidak ada.........

Asumsikan bahwa kita sudah sangat hati-hati di jalan, tetapi tanpa disangka, ada orang gila atau kerbau gila yang menabrak kita. Saya tidak yakin bila hal tersebut terjadi, kondisi mental kita baik-baik saja. Bisa saja kejadian tersebut terjadi karena pada saat sebelum kita mengendarai mobil, kondisi pikiran kita buruk sehingga menarik datangnya keburukan.Bukan kah hukum tarik menarik merupakan landasan kehidupan?

Energi negatif akan menarik hal negatif datang juga. Siapa yang bisa menjaga pikiran kita daam keadaan sehat terus. Sekejap pun pikiran kita menarik atau berpikir hal buruk, alam pun tahu. Disamping itu, hidup, kejadian saat hidup, dan kematian adalah faktor luar yang amat misteri yang tak terkendalikan oleh manusia.

Yang pantas kita pahami dengan proses kematian adalah bahwa kematian merupakn pintu gerbang menuju dimensi lain...

Ya, Pintu Gerbang ke tempat atau dimensi yang lebih tinggi Surga? Bukan.........

Neraka? Bukan juga. Bahkan banyak orang bunuh diri karena menderita, sehingga mungkin saja dunia dianggapoleh mereka neraka yang mesti ditinggalkan. Siapa yang tahu?

Dari beberapa bacaan yang saya yakini kebenarannya, surga tidak ada di alam setelah kematian. Ga percaya?

Silakan baca dengan teliti dalam kitab-kitab yang ditinggalkan atau dituliskan. Semuanya yang dituliskan mengarah ke satu tujuan, kenikmatana duniawi.

Surga adalah tempat para bidadari bertelanjang dada. Kata ini saja sudah menunjukkan bahwa yang ingin diberikan adalah tentan kenikmatan terkait dengan tubuh. Nah untuk apa surga mengaitkan kenyamanan libido kita, sedangkan alat untuk menikmati kenikmatan tubuh telah dilepaskan saat kematian tiba. Alat mana lagi yang kita punya/miliki untuk merasakannnya?

Di surga ada aliran sungai madu atau susu atau apalagi. kembali terkait dengan rasa enak yang bisa dirasakan dengan indra pencecap, yang juga kita tinggalkan di bumi.

Atau apalagi, toh semuanya merupakan bayangan yang kita tidak bisa miliki di dunia. Bila masih ada orang mampu masih mengharapkan kenikmatan surga, saya juga bingung.

Dengan kata lain, sesungguhnya mereka memahami apa yang bisa dinikmati atau dirasakan setelah kematian. Banyak orang terjebak oleh kepercayaan dengan ritual tertentu sehingga amat sangat yakin bahwa ritual tersebut bisa menghantar ke alam surgawi. Alam yang bila direnungkan lebih jauh masih merupakan obsesi kenikmatan indrawi.

Setiap orang yang dilahirkan dapat dipastikan akan mati pada saatnya. Kapan? Mari kita renungkan bersama.

Bukankah setiap benda memiliki umur atau waktu manjadi aus atau tidak berfungsi lagi?

Yup, tubuh kita pun demikian. Ada batasan umur atau waktu. Demi,kian juga setiap organ dalam tubuh kita ada masa berakhirnya. Hanya pikiran kita yang tidak musnah. Segala ingatan akan peristiwa/kejadian dalam kehidupan fisik akan tetap tersimpan pada setiap jile kehidupan. Satu kehidupan satu file.

Adalah hukum alam semesta tak terbantahkan bahwa Selama ini kita anggap bahwa lawan kata kematian adalah kehidupan; Kita lupa bahwa saat kematian seseorang atau bahkan kita sendiri, mereka yang ditinggalkan akan hidup seperti biasa. Dengan mudah mereka akan melupakan yang telah meninggalkan tubuh. Dan lucunya, bila ternyata si orang yang meninggal masih hidup kemudian bangun, para orang yang mengaks berduka akan lari tunggang langgang.

Benarkah berduka?

Pertanyaan ini muncul terinspirasi oleh kecelakaan pesawat. Banyak orang meninggal, bahkan dipastikan tidak ada seorang pun selamat. Namun ternyata ada satu atau dua orang memiliki istri lebih dari satu, dan para istri berebut untuk mendapatkan warisan.  Mereka begitu cepat melupakan kehilangan suami karena rebutan harta dari uang asuransi.

Bila kita mau jujur, sesungguhnya kita tidak bersedih bagi yang meninggal, kita bersedih karena kita ditinggalkan. Kita mengisi diri sendiri, bukan yang meninggal. Terbukti, begitu tube mati, banyak orang langsung meninggalkan kuburan. Bila ga percaya lagi, coba saja bangkit, mereka semuanya yang pada saat kita hidup lari tunggang langgang. Ga ada yang menyambut kita lagi dengan mesra. Yang ada berebut harta yang ditinggalkan.........

https://aceh.tribunnews.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun