"TESS..."
Shakuntala sedari tadi menggumam tanpa hentiÂ
disertai air mata di pipi
Sedikit kabar telah tersampaikan walau tanpa balasan
"ARGH!" racaunya dengan rasa kesal.
Bagai pungguk merindukan bulan,
Didalam kerinduan yang "manis"
PUAN BERSEDIH,Â
Berulang kali ia telah merasakan seperti ini
Lalu, Shakuntala duduk.
Entah apa yang dilamunkan.
Seketika, benak melesap menghilang.
Kelana, berkelana
Tak terarah, pergi mengelana.
Shakuntala terus mencoba untuk menjejal jejak asa,
menunggu sesuatu yang naif.
Tetap saja baik cepat atau lambat, nihil yang didapat.
Seperti burung yang terkungkung dalam sangkar,
tidak mampu berkutik apalagi keluar.
Seperti Sembilu menancap tajam lubuk hati.Â
Retih, meretih, menyayat, tersayat.
Perih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H