Mohon tunggu...
Margaretha Klara Mote
Margaretha Klara Mote Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Raihlah kesuksesan dengan pencapaianmu.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Kasus Rasisme Samakan Natalius Pigai dengan Gorila

30 Januari 2021   19:42 Diperbarui: 30 Januari 2021   19:44 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kelompok-kelompok buzzer ialah pelakunya. kelompok ini yang tidak terpisahkan oleh kakak pembina dari lingkungan kekuasaan," katanya.

"seperti ibaratnya majikan melepas anjing-anjingnya, makanya kita harus merubah pemikiran majikan tersebut," sambungnya.

Ambrosius Nababan kini meminta maaf dan berharap bisa berdamai dengan Natalius Pigai.

"saya akan bertanggung jawab bila saudara Natalius Pigai ingin menggugat saya secara hukum. saya tidak akan lari, saya akan tetap bertanggungjawab kepada saudara Natalius Pigai bila saya dianggap salah dan melanggar hukum. Tapi intinya saya tidak ada maksud sedikit pun untuk melukai hati masyarakat Papua," kata Ambroncius Nababan dalam konferesi pers virtual, Senin (25/1/2021)

Ambrosius Nababan juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat Papua karena dia menyatakan tidak ada nilai melukai hati masyarakat Papua, dan Ambroncius Nababan juga meminta maaf kepada presiden Jokowi.

Natalius Pigai menyatakan, ia tidak mempermasalahkan jika pribadinya yang menjadi korban rasisme. Namun, ia menerangkan, seluruh kejahatan di Papua didasari oleh kebencian rasial. orang Papua tidak pernah bisa hidup nyaman dengan bangsa rasial.

Pemerintah diharapkan untuk bisa menanggani setiap kasus yang terjadi dengan adil, serta Pemerintah juga harus mengantisipasi terjadinya lagi kasus rasisme. 

Sekarang ini banyak sekali aksi rasialis kepada warga Papua. 

Pemerintah harus lebih terbuka dalam hal demokrasi dengan rakyat Papua. Karena kalau tidak terbuka dalam segi pemahaman maka instabilitas bisa terjadi karena konflik rasial di Papua, serta akan membuat semakin banyaknya ketimpangan ketidak adilan yang dialami masyarakat Papua.

akibatnya akan berdampak terhadap terpecah belahnya negara Indonesia.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun