Mohon tunggu...
Margaretha Klara Mote
Margaretha Klara Mote Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Raihlah kesuksesan dengan pencapaianmu.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Kasus Rasisme Samakan Natalius Pigai dengan Gorila

30 Januari 2021   19:42 Diperbarui: 30 Januari 2021   19:44 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Natalius Pigai merupakan seorang aktivis Papua serta merupakan mantan Komisioner Komnas HAM yang mendapatkan serangan rasis, Natalius Pigai mengaku sudah berulang kali menjadi korban rasisme. 

"Saya terus terang saja. Gini, orang yang rasis sama saya ini sudah jutaan,"selasa malam (26/1), dilansir dari RMOL.

Diketahui bahwa pelaku sikap rasisme yaitu seorang politisi Partai Haruna Ambrosius Nababan. Berawal dari unggahan status Ambrosius lewat akun media sosial menuliskan bahwa vaksin sinovac itu dibuat untuk manusia, bukan untuk gorila apalagi kadal gurun. 

"Karena menurut UU gorila dan kadal gurun tidak perlu divaksin. paham/" demikian bagian kutipan tulisan Ambrosius yang pernah menjadi caleg Hanura pada pileg 2019 dengan daerah pemilihan papua tersebut. Tulisan Ambrosius disertai dengan foto Natalius Pigai.

Natalius Pigai melaporkan kasus rasisme ini kepada Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jenderal Lloyd Austin hal ini menuai sekali banyak kontroversi dari berbagai pihak.

Lloyd Austin merupakan pria kulit hitam pertama yang menduduki jabatan pertama Menhan AS, yang posisi jabatannya Jendral Bintang Empat di bawah kabinet Presiden AS Joe Biden.

Natalius Pigai sengaja melaporkan permasalahan ini kepada Jendral AS untuk menggingatkan bahwa kerap kali otoritas Indonesia berbuat rasis terhadap Papua serta banyaknya pelanggaran hukum yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap rakyat papua dari tahun ke tahun.

"Soal rasisme terhadap orang Papua itu bukan baru. Tahun 1945, pada saat BPUPKI sidang, itu Muhammat Hatta menyampaikan pandangan antropologisnya," ucap Natalius Pigai dalam acara talk show bertajuk "Ketika Pigai Bertikai" di iNews Room, Selasa (26/1).

Pigai juga mengatakan bahwa, secara antropologi, menurut pandangan Hatta, orang Papua berbeda DNA dengan orang Melayu.

"Dalam kisah sejarahpun terbukti dengan usulan Hatta yang dimana pada Tahun 1970-an, Ali Murtopo, dedengkot CSIS, menyatakan bahwa orang Papua kalau mau hidup, cari aja di Pasifik," kata Pigai.

Adapun fakta-fakta yang membuktikan bahwa kasus rasisme ini bukanlah permasalahan yang baru terjadi tetapi sudah lama terjadi, seperti berikut ini.

Tahun 1980-an, Gubernur Jawa Tengah pernah mengusir orang Papua, tetapi tidak jadi dikarenakan Gubernur Papua akan mengusir juga transmigrasi.

Tahun 1995, kata Pigai, Gubernur DIY pernah mengusir orang Papua.

"Tahun 1996, Luhut mengatakan cari pulau sendiri di negara Pasifik," katanya.

"Tahun 1999, Hendropriyono pernah mengatakan 2 juta orang (Papua) pindahkan aja ke Manado, sambungnya.

Pigai berpendapat bahwa, perjalanan historiografi Papua sudah terbiasa menjadi korban rasisme.

Parahnya lagi, setiap pandangan tentang rasisme dan Papua phobia dikeluarkan oleh para penguasa negeri ini.

Sampai saat ini Papua rakyat Papua tetap berjuang melawan rasisme di tanah air dan berusaha terus untuk mencari keadilan atas banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi di Tanah Papua dan di luar Papua. 

Rasisme ini merupakan sesuatu pemikiran yang membuat mindset atau karakter berpikir rasis dan merubah sistem segregatif, diskriminatif, dan rasialistik.

Natalius membeberkan sejumlah tokoh asing yang menjadi bagian dari pelaku rasisme dan genosida di berbagai negara.

Dalam kasus rasisme kali ini Pigai sengaja mengabaikan kasus ini dan tidak melaporkan ke pihak berwajib dikarenakan pelaku sesungguhnya adalah pemegang otoritas di negara ini.

Natalius Pigai juga menyebutkan bahwa Ambroncius Nababan dan orang-orang lainya itu berasal dari kelompok bazzer.

"Kelompok-kelompok buzzer ialah pelakunya. kelompok ini yang tidak terpisahkan oleh kakak pembina dari lingkungan kekuasaan," katanya.

"seperti ibaratnya majikan melepas anjing-anjingnya, makanya kita harus merubah pemikiran majikan tersebut," sambungnya.

Ambrosius Nababan kini meminta maaf dan berharap bisa berdamai dengan Natalius Pigai.

"saya akan bertanggung jawab bila saudara Natalius Pigai ingin menggugat saya secara hukum. saya tidak akan lari, saya akan tetap bertanggungjawab kepada saudara Natalius Pigai bila saya dianggap salah dan melanggar hukum. Tapi intinya saya tidak ada maksud sedikit pun untuk melukai hati masyarakat Papua," kata Ambroncius Nababan dalam konferesi pers virtual, Senin (25/1/2021)

Ambrosius Nababan juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat Papua karena dia menyatakan tidak ada nilai melukai hati masyarakat Papua, dan Ambroncius Nababan juga meminta maaf kepada presiden Jokowi.

Natalius Pigai menyatakan, ia tidak mempermasalahkan jika pribadinya yang menjadi korban rasisme. Namun, ia menerangkan, seluruh kejahatan di Papua didasari oleh kebencian rasial. orang Papua tidak pernah bisa hidup nyaman dengan bangsa rasial.

Pemerintah diharapkan untuk bisa menanggani setiap kasus yang terjadi dengan adil, serta Pemerintah juga harus mengantisipasi terjadinya lagi kasus rasisme. 

Sekarang ini banyak sekali aksi rasialis kepada warga Papua. 

Pemerintah harus lebih terbuka dalam hal demokrasi dengan rakyat Papua. Karena kalau tidak terbuka dalam segi pemahaman maka instabilitas bisa terjadi karena konflik rasial di Papua, serta akan membuat semakin banyaknya ketimpangan ketidak adilan yang dialami masyarakat Papua.

akibatnya akan berdampak terhadap terpecah belahnya negara Indonesia.

Referensi:

Fadil,Vicky.2021. "Natalius Pigai Disamakan  Gorila, Versi Elite PKPI: Yang Dihina Bukan Sukunya". (diakses tanggal 30 Januari 2021)

Permadi,Guruh.2021. "Natalius Pigai Sebut Rasis ke Masyarakat Papua Sudah Terjadi sejak Bung Hatta, Hendropriyono dan Luhut Disebut". (diakses tanggal 30 Januari 2021)

REDAKSI.2021. "Natalius Pigai Sebut Pelaku Rasisme Dipelihara Kakak Pembina". (diakses tanggal 30 Januari 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun