Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tao Te Ching (Bab 38 - 60)

9 April 2022   16:03 Diperbarui: 11 April 2022   19:30 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 38. Berpegang pada yang utama dalam Tao

Kebajikan luhur tidak tampak sebagai kebajikan, tetapi justru inilah kebajikan sejati.
Kebajikan rendah ditampilkan agar kelihatan, maka ini bukanlah kebajikan yang sewajarnya.

Kebajikan luhur tanpa dilakukan tanpa berbuat (Wu-Wei), namun tidak ada yang tidak diselesaikannya.
Kebajikan yang rendah dilakukan berdasar pamrih, namun banyak yang belum diselesaikannya.

Kebajikan luhur karena Kemanusiaan (Ren) adalah tindakan tanpa pamrih.
Kebajikan luhur karena Kebenaran (Yi) adalah tindakan dengan niat.
Kebajikan luhur karena Ritual (Li) adalah tindakan tanpa niat,
orang-orang harus diseret dan dipaksa untuk melakukan ritual.

Maka,
Tanpa Tao, orang mulai bertindak dari kebajikan.
Kurangnya kebajikan, orang mulai bertindak dari kemanusiaan.
Kurangnya kemanusiaan, orang mulai bertindak dari kebenaran.
Kurangnya kebenaran, orang mulai bertindak dari ritual.

Barangsiapa yang bertindak karena ritual menjadi kurang loyal dan sulit dipercaya,
Inilah awal dari kekacauan.
Barangsiapa yang percaya ritual hanya bertindak berdasarkan "gaya bunga" Tao (tampak di permukaan/superfisial)
Inilah awal dari kebodohan.

Oleh karena itu,
orang-orang hebat selalu berpegang pada yang utama,
menghindari apa yang tampak hanya di permukaan,
memelihara yang berbuah, menghindari apa yang tampak hanya berbunga-bunga.
Dari itu orang Bijak mengutamakan keluhuran budi (ada di dalam) dan mengabaikan keindahan (tampak di luar).

Bab 39. Kemanunggalan dalam Tao

Hal-hal di masa lampau yang telah mencapai kemanunggalan dalam Tao, terjadi sebagai berikut:
Langit, setelah mencapai kemanunggalan, akan menjadi cerah
Bumi, setelah mencapai kemanunggalan, akan menjadi damai
Roh-roh, setelah mencapai kemanunggalan, akan aktif (menjadi dewa-dewi)
Lembah, setelah mencapai kemanunggalan, akan berlimpah
Segala hal, setelah mencapai kemanunggalan, akan menjadi bernyawa (produktif)
Para pemimpin, setelah mencapai kemanunggalan, akan menjadi pilar dunia (ditinggikan).

Selanjutnya,
Jika Langit tidak cerah, suatu hari mungkin akan terbelah
Jika Bumi tidak damai, suatu hari mungkin akan runtuh
Jika roh-roh tidak aktif (menjadi dewa-dewi), suatu hari mungkin akan layu
Jika lembahnya tidak melimpah, suatu hari mungkin akan kering
Jika segala hal tidak bernyawa (produktif), suatu hari mungkin akan punah binasa
Jika para pemimpin bukan menjadi pilar, tapi hanya menyenangkan dan memegahkan diri sendiri, suatu saat mereka akan dijatuhkan.

Maka,
Yang mulia harus menjadikan kerendahan hati sebagai akarnya.
Yang tinggi harus menjadikan yang rendah sebagai dasarnya.
Itulah sebabnya para pemimpin (dalam Tao) menyebut diri mereka sendiri sebagai "yang terpisah", "yang kesepian", atau "yang tidak digaji"
Bukankah dengan demikian membuat kerendahan hati menjadi akar mereka?

Bagian-bagian yang terpisah-pisah tidak bisa menyusun kereta.
Jadi, jangan berusaha seperti batu giok yang berkilauan,
tapi kokoh seperti batu yang sederhana.
(penghargaan yang tinggi seperti tidak ada penghargaan sama sekali)

Bab 40. Kembali ke kelembutan

Siklus itulah pergerakan dari Tao.
Sifat lembut, itulah sifat yang berguna dari Tao.
Segala benda di alam ini berasal dari Ada.
Ada tumbuh dari tak ada.

Bab 41. Tao tidak tampak dan tidak bernama

Orang yang kebajikannya tinggi bila mendengar Tao,
akan menaruh hikmat dan melaksanakannya dengan sepenuh hati dan rajin.
Orang yang kebajikannya di tengah-tengah bila mendengar Tao,
akan kadang ingat dan kadang mengabaikannya.
Orang yang kebajikannya  rendah bila mendengar Tao,
akan tertawa terbahak-bahak.
Bila tidak ditertawakan belum cukup untuk disebut Tao.

Sebab itu ada pribahasa:
Kejernihan kebajikan Tao tampak seperti suram,
Kemajuan kebajikan Tao tampak seperti terbelakang,
Kehalusan kebajikan Tao tampak seperti kasar.
Keluhuran kebajikan Tao tampak seperti hina.
Kemurnian kebajikan Tao tampak seperti kotor.
Kekuatan kebajikan Tao tampak seperti rapuh.
Kekekalan kebajikan Tao tampak seperti berubah-ubah.

Bentuk agung kotak (Bumi) tampak seperti tak ada sudutnya.
Bentuk agung lingkar (Langit) terasa seperti tak ada selesainya.
Suara agung seperti tidak terdengar.
Wujud agung di alam semesta tampak seperti tidak berupa.

Kebajikan luhur Tao tersembunyi dari mata, sehingga tak ada namanya.
Siapa yang dapat bersatu dengan Tao maka ia dapat menyempurnakan segala sesuatu.

Bab 42. Keselarasan yang mendasar dalam Tao

Tao menciptakan Satu,
Satu menciptakan Dua (Yin dan Yang),
Dua menciptakan segala benda di semesta alam (Langit, Bumi dan Orang).
Segala benda di semesta alam memanggul sifat Yin dan memeluk sifat Yang,
Semuanya akan bersatu dengan energi dasar "Qi" sehingga menimbulkan keselarasan (harmoni).

Umumnya orang membenci kesepian, terbuang, dan kemiskinan.
Tapi justru Raja dan pemimpin Bijak akan membahasakan dirinya dengan sebutan-sebutan itu.
Jika nampaknya merugikan, tapi sesungguhnya bermanfaat.

Pengetahuan yang kuajarkan ini adalah pokok-pokok yang telah diajarkan para Bijak sejak dulu.
Orang kuat yang menggunakan kekuatannya untuk kejahatan akhirnya akan menemukan ajal tidak sewajarnya.
Dengan pengetahuan ini aku memulai menjadi Guru untuk memberikan pengajaran kepada sesama.

Bab 43. Kelembutan Tao

Kelembutanlah yang dapat menguasai kekuatan di dunia.
Kehampaanlah yang dapat meliputi segala, tak ada batasnya.
Dari itu aku mengetahui betapa bergunanya kebajikan tanpa berbuat (Wu Wei).
Memberikan pengajaran tanpa berbicara,
dan mencapai tanpa berbuat.
Di dunia, hal ini jarang yang dapat memahaminya.

Bab 44. Memahami batas

Reputasi atau kehidupan, manakah yang lebih akrab?
Kehidupan atau harta benda, manakah yang lebih berharga?
Kehilangan atau mendapatkan, manakah yang lebih menyakitkan?
Maka, siapa yang terlalu banyak keinginan akan lebih banyak menghabiskan.
Siapa yang terlalu banyak menimbun akan lebih banyak kehilangan.
Siapa yang merasa kecukupan, bisa menghindari kehinaan.
Siapa yang memahami kapan berhenti, bisa menghindari bencana.
Inilah cara untuk mempertahankan hidup lebih lama.

Bab 45. Kejernihan dan kedamaian

Yang sempurna tampak cacat, namun kegunaannya sungguh tak mengecewakan.
Yang penuh tampak kosong, namun kegunaannya selamanya tak habis.
Yang lurus tampak bengkok.
Yang terampil tampak canggung.
Yang pandai berkata-kata tampak gagap.
Kedamaian melampaui kegelisahan.
Dingin melampaui panas.
Kejernihan dan kedamaian menjadi pilar di dunia.

Bab 46. Cukup

Kala dunia dipimpin dengan Tao,
kuda terbaik diperlukan untuk membajak sawah.
Kala dunia dipimpin bukan dengan Tao,
kuda terbaik disiapkan untuk di medan perang.
Bencana terbesar adalah sifat tidak pernah puas.
Bahaya terburuk adalah sfat keserakahan.
Maka, orang yang memahami batas dan tahu kapan berhenti sebelum terlalu jauh,
inilah yang dikatakan cukup (kepuasan) dalam arti kekal.

Bab 47. Tao Langit

Tidak perlu keluar dari pintu, tapi dapat mengetahui dunia.
Tidak perlu mengintip dari jendela, tapi dapat melihat Tao Langit.
Semakin jauh keluar, semakin sedikit yang diketahui.

Maka seorang Bijak,
walau tidak pergi kemana-mana tapi mengetahui,
walau tidak mempertunjukkan diri tapi dikenal semuanya,
walau tidak berbuat apa tapi semuanya selesai.

Bab 48. Berkurang dalam Tao

Yang belajar ilmu pengetahuan, tambah hari tambah maju.
Yang meyakini Tao, tambah hari tambah mundur.
Tambah hari semakin berkurang dan terus mengecil,
hingga kebajikan tanpa berbuat (Wu-Wei) tercapai.

Melakukan kebajikan tanpa berbuat (Wu-Wei), tapi tidak ada yang tidak selesai.
Menguasai dunia dengan senantiasa tidak sibuk turut campur.
Siapa yang senantiasa sibuk turut campur, tidak mampu menguasai dunia.

Bab 49. Kebajikan kebaikan

Seorang Bijak tidak berhati keras,
tapi pikirannya sesuai dengan pikiran rakyat.

Pada orang baik, aku berbuat baik.
Pada orang tidak baik, aku juga berbuat baik.
Kebaikan adalah kebajikan yang luhur.
Pada orang jujur, aku berbuat jujur.
Pada orang tak jujur, aku juga berbuat jujur.
Kejujuran adalah kebajikan yang luhur.

Ketika orang Bijak memimpin dunia,
Ia senantiasa membuat dirinya tidak berhati keras agar tidak menggangu rakyatnya.
Rakyat menaruh perhatian dan mendengarkan penuh rasa hormat terhadapnya.
Orang bijak memperlakukan rakyatnya seperti anak-anaknya.

Bab 50. Hidup dan mati

Sejak keluar dari jalan hidup hingga memasuki jalan kematian,
Dari sepuluh, ada tiga bagian yang mengikuti jalan kehidupan (hidup panjang).
Dari sepuluh, ada tiga bagian yang mengikuti jalan kematian (mati muda).
Dari sepuluh, ada tiga bagian yang mengikuti jalan kehidupan tapi tak terhindar dari jalan kematian (mati tiba-tiba).

Mengapa demikian?
Karena hidup manusia terlalu mementingkan kesenangan hidupnya sendiri
(sehingga tidak menghindari tempat kematian).

Aku mengetahui bahwa ada satu bagian yang tahu merawat kehidupan.
Ia bisa berkelana di bumi, tanpa diserang Badak atau Harimau.
Ia bisa melewati medan peperangan, tanpa terkena serangan senjata.

Badak tak dapat menggunakan tanduknya untuk menyeruduk.
Macan tak dapat menggunakan kukunya untuk menerkam.
Tentara tak dapat menggunakan senjatanya untuk membunuh.

Mengapakah demikian?
Karena ia tak berada pada jalan kematian.

Bab 51. Tao menghidupi dan De memelihara segalanya

Tao yang menghidupi,
Kebajikan (De) yang memelihara.
Benda yang mewujudkan,
Sifat yang menyempurnakan.

Oleh sebab itu, segala makhluk memuliakan Tao dan menghargai Kebajikan.
Memuliakan Tao dan menghargai Kebajikan tidak dipaksa dilakukan,
namun akan dilakukan dengan sewajarnya.

Maka Tao menghidupi dan Kebajikan yang memelihara,
yang menumbuhkan dan membesarkan,
yang melembutkan dan mematangkan,
yang merawat dan melindungi.

Mencipta tanpa ingin memiliki.
Bekerja tanpa pamrih.
Memelihara tanpa ingin menguasai.
Inilah Kebajikan yang sempurna (misteri).

Bab 52. Memeluk Ibu sebagai pokok permulaan

Di dalam alam semesta ini ada pokok permulaan,
ia disebut Ibu dari alam.
Mengetahui sang Ibu, maka mengenal juga sang Anak.
Setelah mengenal sang Anak, kemudian memeluk sang Ibu,
maka selamanya hidup bisa terhindar dari kesukaran.

Menutup mulut dan menutup pintu,
sepanjang hidup tak mengalami kesulitan.
Membuka mulut dan menambah perkara,
sepanjang hidup tak dapat ditolong.

Barang siapa melihat dari hal yang kecil, akan melihat dengan jelas.
Barang siapa tetap lembut, akan menjadi kuat.
Barang siapa menggunakan terang, akan kembali tercerahkan.

Inilah cara senantiasa menerapkan hukum (alam) yang abadi.

Bab 53. Jalan Tao yang lurus

Jika aku memiliki sedikit kebijaksanaan,
aku akan menghindari tersesat dan memilih Jalan Tao.
Jalan Tao yang luhur lurus, namun orang memilih jalan pintas.

Istana di bangun bermegah-megah.
Ladang sawah diabaikan tumbuh ilalang.
Lumbung dibiarkan kosong.
Bangsawan berjubah kemewahan, menyelipkan pedang mahal,
minum dan makan berlebih-lebih.
Memajang kekayaan seperti pencuri tidak tahu malu.

Tindakan seperti ini pastilah bukan Tao.

Bab 54. Membangun dengan kokoh

Membangun dengan kokoh, maka tak akan dapat dicabut.
Memegang dengan erat, maka tak akan dapat dilucuti.
Memuliakan nenek-moyang, maka keturunanmu tak akan berakhir.

Tanamkan dalam diri, kebajikannya harus murni.
Tanamkan di keluarga, kebajikannya harus berlimpah.
Tanamkan di desa, kebajikannya harus langgeng.
Tanamkan di negara, kebajikannya harus makmur
Tanamkan di dunia, kebajikannya harus universal.

Maka,
Mawas diri dari kebajikan diri,
Mawas diri dari kebajikan keluarga,
Mawas diri dari kebajikan desa,
Mawas diri dari kebajikan negara,
Mawas diri dari kebajikan dunia.

Bagaimana saya memahami situasi dunia?
dengan cara ini.

Bab 55. Kebajikan Bayi

Seseorang yang dipenuhi dengan kebajikan Tao mirip seperti bayi yang baru lahir.
Tawon dan Kalajengking tidak dapat menyengat,
ular berbisa tidak dapat mematuk,
binatang buas tidak dapat menerkam,
burung elang dan rajawali kukunya tidak dapat mencengkeram.

Walaupun tulangnya masih lembek dan urat-uratnya masih lemah,
tetapi cengkeramannya kuat.
Walaupun belum memahami tentang sifat jantan dan betina,
tetapi tubuhnya telah tersedia dengan lengkap.
Sepanjang hari menangis tetapi tidak serak.
Inilah keselarasan yang sempurna.

Mengetahui keselarasan (harmoni) adalah mengikuti hukum (alam) abadi.
Mengenal hukum (alam) abadi adalah tercerahkan (bijaksana).
Memelihara kehidupan adalah pertanda baik.
Mengarahkan Qi dengan senegap pikiran-hati dilakukan untuk memperoleh (daya) kekuatan.

Segala yang terlalu kuat, akan menua dengan cepat,
itu tidak mengikuti Tao.
Yang tidak mengikuti Tao, akan musnah lebih awal.

Bab 56. Orang Bijak

Yang bijak tidak berbicara,
yang bicara tidak bijak.

Orang Bijak,
membungkam mulutnya,
menutup pintunya,
menumpulkan segala ketajaman,
meredakan segala kekalutan,
menyederhanakan kegemilangan,
menjadi sama seperti debu saja.
Inilah yang disebut persamaan yang samar.

Maka,
tidak mengambil keuntungan dari orang sangat dekat (akrab),
tidak mengambil keuntungan dari orang yang jauh (tidak akrab),
tidak mengambil keuntungan dari orang yang disukai,
tidak mengambil keuntungan dari orang yang tidak disukai;
tidak mengambil keuntungan dari orang yang lebih tinggi (dihormati),
tidak mengambil keuntungan dari orang yang lebih rendah (dihina).
Karena itulah, orang Bijak dimuliakan dunia.

Bab 57. Memimpin dalam Tao

Dengan keteraturan dapat memerintah di suatu negeri.
Dengan kepandaian ilmu perang dapat mengkomando pasukan tentara.
Dengan kebajikan tanpa berbuat dapat menguasai dunia.

Bagaimana aku mengetahui hal itu?
Dari sini:
Apabila rakyat diatur dengan semakin banyak larangan dan batasan, maka rakyat jadi semakin miskin (lebih mungkin memberontak).
Apabila rakyat semakin dibiasakan menggunakan peralatan mewah, maka negeri jadi semakin rusuh.
Apabila semakin banyak orang pintar licik, maka semakin banyak muncul keganjilan.
Apabila semakin banyak peraturan dan hukum dijalankan secara ketat, penjahat dan perampok jadi semakin banyak.

Maka seorang Bijak mengatakan:
Aku menjalankan kebajikan tanpa berbuat, dengan sendirinya rakyat teratur.
Aku menjalankan kebajikan dalam tenang, dengan sendirinya rakyat tentram.
Aku menjalankan kebajikan tanpa turut campur, dengan sendirinya rakyat sejahtera.
Aku tidak memiliki keinginan, dengan sendirinya rakyat menjadi seperti kayu belum diukir (sederhana dan wajar).

Bab 58. Menata ke dalam

Jika pemerintah menata ke dalam dan tidak mengganggu, maka rakyatnya akan jujur.
Jika pemerintah mengawasi ke luar dan turut-campur, maka rakyatnya akan curang.
Bencana adalah sandaran dari keberuntungan,
dibalik keberuntungan ada bencana.
Siapakah yang mengetahui dengan jelas batasannya?
Tidak ada patokannya.

Yang diharapkan bisa menjadi tidak diharapkan.
Yang baik bisa menjadi buruk.
Orang bisa tersesat jauh untuk sekian waktu lamanya.

Maka, orang Bijak berlaku,
Kotak (berprinsip) tapi tidak bersiku tajam (menusuk keluar),
Tanpa bercela tapi tidak mendendam (tidak menyakiti orang),
Tegas tapi tidak tanpa kendali,
Terang tapi tidak menyilaukan.

Bab 59. Memerintah negeri bertahan lama dan berkelanjutan

Dalam memerintah negeri dan mengabdi pada Langit,
yang terpenting adalah kesederhanaan.
Siapa yang bersahaja (sederhana) artinya menyiapkan diri baik-baik.
Menyiapkan diri baik-baik berarti menimbun kebajikan.
Jika kebajikan dikumpulkan, tidak ada hal yang tak bisa terselesaikan.
Setelah tidak ada hal yang tak bisa terselesaikan,
maka ia bisa berpotensi yang tak berbatas.
Siapa yang berpotensi yang tak berbatas, ia akan mempunyai kecakapan memerintah negeri.
Siapa yang memerintah dengan prinsip ini maka kedudukannya akan langgeng.
Prinsip (Tao) seperti pohon berakar dalam, pada tanah yang kokoh,
pemerintahan bertahan lama dan berkelanjutan.

Bab 60. Memerintah negeri besar

Memerintah negeri besar bagaikan masak seekor ikan kecil saja (jangan berlebihan).
Ketika dunia diatur berdasarkan Tao, maka setan/roh tidak mampu menunjukkan kegaiban.
Bukan hanya setan/roh tidak mampu menunjukkan kegaiban,
bahkan setan/roh tidak akan menyusahkan orang.
Bukan hanya setan/roh tidak akan menyusahkan orang,
bahkan orang Bijak tidak akan menyusahkan orang juga!
Karena keduanya (baik kekuatan kasat mata dan tidak kasat mata) tidak membahayakan,
maka kebajikan pun dipulihkan kembali di dunia.


*kata dalam tanda kurung adalah catatan penjelasan, atau alternatif terjemahan.

Sumber:
Pertemuan Tao Te Ching - 52 Living Ideas di meetup.com bersama Jason Peng, Amon Greene dan Shrikant.

Penulis & penerjemah
Margaretha
Pelajar sedang menempuh pendidikan lanjut di the University of Melbourne.

Terjemahan Bahasa Indonesia dari hasil karya terjemahan oleh Jason Peng dan Amon Greene dalam program Tao Te Ching yang diselenggarakan oleh 52 Living Ideas. Dibaca dan dipahami untuk penerjemahan Bahasa Indonesia dengan juga menggunakan referensi terjemahan Tao Te Ching oleh Ursula Le Guin dan Stefan Stenudd.

Bahasa Indonesia translation from the courtesy work of Jason Peng and Amon Greene in a Tao Te Ching program facilitated by 52 Living Ideas. This translation work also refer to works from Ursula Le Guin and Stefan Stenudd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun