Berikut beberapa contoh.
Contoh 1. Aku mengamati aku sebagai murid di sekolah yang mencontek ketika ujian di masa SMP. Aku adalah subyek yang sedang mengamati ingatan tentang aku di masa lalu. Aku mengamati bahwa aku mencontek karena tidak siap belajar untuk ujian dan tergoda dengan cara cepat mendapatkan nilai.Â
Aku membayangkan, andai aku lebih bisa membuat prioritas belajar, maka aku menyediakan waktu belajar yang cukup sehingga tidak perlu mencontek ketika ujian.
Contoh 2. Aku mengamati diriku yang tengah menjelaskan mengapa aku melakukan pelecehan seksual pada banyak anak di bawah umur selama ini pada Polisi. Aku melihat bahwa cara berpikirku lebih mengedepankan kebutuhanku daripada pikiran tentang dampak perbuatanku pada anak-anak itu; bahwa aku butuh seks dan anak-anak itu mau melakukan seks untukku karena posisiku yang lebih berkuasa dari mereka. Aku mengingat tipu daya dan ancaman yang aku gunakan untuk membuat mereka menurut. Aku berpikir, betapa hancur dan sedihnya korban-korban anak itu karena perbuatanku. Aku berpikir apa yang aku harus lakukan untuk memperbaiki situasi ini, apa bantuan yang harus aku dapatkan untuk merehabilitasi diriku yang telah salah.
Contoh 3. Aku mengamati diri aku yang tengah mengucapkan kata-kata kasar penuh amarah pada seseorang di hadapanku. Aku tengah memahami bagaimana aku menjadi marah karena orang ini merendahkanku sebagai perempuan. Lalu aku membalas hinaannya dengan kata-kata yang lebih kasar. Aku bisa saja hanya mengamati aku yang tengah bereaksi atas penghinaan dengan kemarahan. Tapi, Aku bisa juga membayangkan bagaimana jika aku melakukan reaksi yang berbeda, misalkan: mengubah reaksi marah menjadi menghela napas dan pergi menenangkan diri dulu. Atau membayangkan bahwa dampak keributan ini berpotensi merugikan aku di masa depan. Aku bisa menyelaraskan pikiran pada aku, untuk mengubah kemarahan menjadi upaya menenangkan diri. Aku bisa merubah aku.
Aku yang aktif bisa mengenali kesedihan dan bekerja untuk mengubah reaksi sedih menjadi cara-cara memulihkan diri.
Aku yang aktif bisa mengenali kemarahan dan bergerak untuk menyelesaikan persoalan/ketidakadilan yang terjadi agar sumber kemarahan bisa teratasi.
Aku yang aktif bisa mengidentifikasi aku-aku yang tidak lagi sehat, yang harus dirubah atau ditinggalkan, agar tidak terpaku pada cara-cara yang tidak lagi relevan untuk mencapai tujuan hidup saat ini.
Aku yang aktif bisa memberikan arahan agar diri bisa bergerak menyelaraskan keseluruhan diri (intelek, sifat/watak, bakat, emosi dan berbagai aspek pribadi lainnya) untuk mencapai tujuan dan perkembangan diri yang dianggap penting dalam hidup saat ini.
Aku yang aktif bisa menjadi agen perubahan diri menuju kondisi sehat dan sejahtera.
Oleh karena itu, penting untuk mengasah kemampuan mengenali diri ini, mengenali Aku dan aku. Lebih lanjut, penting untuk terus berupaya memperkuat Aku agar mampu mengelola keseluruhan diri demi mencapai mental yang sehat dan sejahtera.