Esensi dari dosa terletak pada kenyataan bahwa Adam meletakkan dirinya dalam keadaan bertentangan dengan Allah, dan ia menolak untuk meletakkan kehendaknya di bawah kehendak Allah, dan menolak membiarkan Allah menentukan seluruh jalan hidupnya. Ia secara aktif berusaha mengambilnya dari tangan Allah dan menentukan masa depannya sendiri.
Akibat dari kejatuhan ini maka seluruh umat manusia menurunkan natur yang telah rusak hadir dalam kuasa yang ada pada manusia. Ambisi yang ada dalam diri manusia sudah tercemar oleh dosa dan menjadi tidak kudus. Rasanya tidak ada satupun orang yang tidak suka dipuji, dijadikan nomor satu, dihormati, dihargai bahkan ada kecenderungan dalam diri kita akan senang jikalau kita ini terlihat lebih hebat daripada orang lain. Apalagi bila kita diperhadapkan pada sebuah posisi atau kedudukan atau jabatan tertentu, tentu natur kita sebagai manusia ingin sekali hal-hal tersebut menjadi milik kita.Â
Ambisi ini bukan hanya muncul pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak. Saya pernah melihat sebuah acara TV reality show berjudul "Dance Moms" dimana pemilik studio dance di Liverpool Inggris bernama Jennifer Ellison melatih dan mempersiapkan anak-anak perempuan untuk meraih mimpinya menjadi penari yang terbaik dan memenangkan banyak Tropi. Di balik ambisi melatih anak-anak didiknya menjadi juara, dalam diri Jennifer Ellison sendiri ada suatu keinginan agar tempat studionya menjadi terkenal dan disegani, dengan demikian membawa para ibu mendaftarkan anak-anak perempuannya di studio miliknya.Â
Ambisi ini juga dirasakan oleh para ibu yang selalu saja menuntut anak-anaknya untuk melakukan yang terbaik agar dapat dapat terpilih mewakili studio Jennifer untuk mengikuti World Competitive Dance. Demikian juga dengan anak-anaknya memunculkan ambisi-ambisi yang semakin tidak sehat, ketika mereka berusaha untuk membuat temannya gagal mengikuti proses audisi.Â
Jadi di dalam natur berdosa kita, apa yang semestinya kita waspadai agar ambisi yang ada dalam diri tidak menjadi salah? Ketika kita tidak (mau) tahu rencana Allah, kita akan memberi ruang bagi ambisi yang salah. Natur berdosa kita membuat kita tidak mampu untuk mengerti apa kehendak Tuhan bagi diri kita. Maka sesungguhnya kita perlu untuk tahu terlebih dahulu apa tujuan hidup kita, apa tujuan Tuhan menciptakan kita dan apa panggilan Tuhan buat diri kita. Percuma jika kita berlari terus dengan kencang, tetapi ternyata kita hanya berlari ditempat dengan sia-sia.Â
Dengan demikian kita perlu melihat apa rencana Tuhan dalam hidup kita, apakah yang selama ini kita berambisi terus mengejarnya, seperti karir, keluarga yang bahagia, hidup yang tercukupi, badan yang selalu terlihat langsing, kesehatan yang selalu terjamin, mendapatkan penghormatan dan pengakuan dimana-mana adalah kesenangan yang sejati buat kita?
Namun, dapatkah kita mengetahui rencana Allah dalam hidup kita kalau kita tidak dekat dengan Firman Yesus Kristus. Yesus Kristus telah datang untuk menggenapi rencana Allah. Dia mengorbankan segala-galanya untuk mendapatkan kita. Ambisi Allah adalah untuk menyelamatkan kita manusia berdosa, dengan cara merelakan anakNya yang tunggal turun dari sorga yang kudus ke dunia yang penuh cemar. Inilah ambisi yang kudus yang Allah ajarkan: tidak menempatkan diri kita diatas segala-galanya.
Tetapi mengutamakan orang lain dan mementingkan kepentingan orang lain diatas kepentingan diri sendiri. Ini berarti, kita dapat menyadari ketika ada ambisi yang tidak kudus dalam diri kita pasti akan bertolak belakang dengan apa yang Yesus Kristus lakukan. Jika kita masih mengorbankan orang lain untuk mendapatkan apa yang kita mau, hal inilah yang seharusnya kita waspadai.Â
Ketika saya menuliskan hal ini saya juga mencoba mengenali apa yang ada dalam diri saya sendiri. Seringkali saya mengatakan saya tidak punya waktu untuk melakukan sesuatu hal karena berpikir saya sudah terlalu sibuk dengan apa yang saya kerjakan saat ini. Ketika saya menolak sesuatu atau mengatakan tidak ada waktu, mungkin sebenarnya bagi saya hal tersebut saya anggap tidak penting.Â
Tetapi ketika hidup ini terus menggumulkan dan mencari tahu apa panggilan Tuhan untuk hidup kita, apa yang Tuhan ingin kita lakukan, dan jika kita juga sungguh mendedikasikan waktu, tenaga, konsentrasi untuk merealisasikan rencana Allah itu, maka kita tidak akan memiliki tempat dan waktu dalam diri kita untuk memiliki ambisi lain yang tidak penting dalam hidup kita.Â
Yesus berkata dalam Yohanes 5:30, "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dairi diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku". Kiranya kita senantiasa mengecek ambisi yang ada dalam diri kita di dalam terang kasih Kristus, agar dosa tidak menguasai kita dan kehendak dan rencanaNya yang terjadi.