Mohon tunggu...
Mareta Aisyah
Mareta Aisyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa S1 Farmasi Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Moral Seks Bebas di Kalangan Remaja

30 Mei 2022   18:40 Diperbarui: 22 Juni 2022   19:06 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa remaja adalah satu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolenscence) mulai usia 10 tahun sampai 19 tahun, sedangkan masa muda (youth) antara 14-15 tahun. Masa periode perkembangan remaja inilah yang mendorong mereka untuk mencari identitas dan jati dirinya. 

Mulai psikologis, fisik, dan lingkungan sosial terjadi perubahan yang muncul. Permasalahan atau problematika remaja dapat terjadi sehubungan dengan  penyesuaian diri remaja terhadap lingkungannya. Remaja dianggap memiliki kelabilan sehingga mudah bagi remaja mengikuti kebiasaan di sekitarnya. 

Remaja memiliki keinginan untuk bebas dari  kekangan orang tua serta rasa ingin tahu (penasaran) sehingga mudahnya terjerumus terhadap perilaku yang beresiko.

Pergaulan bebas

Pergaulan yang bebas merupakan satu diantara bentuk perilaku yang tidak sesuai budaya adat dan nilai norma yang berlaku di Indonesia. Seperti yang kita tau di lingkungan masyarakat dan berbagai media sosial seakan sudah menormalisasi berpacaran, perilaku mengundang sensual, serta hubungan seks yang bebas sering terlihat di dalamnya. 

Perbuatan seks pranikah ini didorong oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut seharusnya bisa dihindarkan, namun tidak sedikit para remaja menghiraukannya. Oleh karenanya sangat diperlukan kesadaran diri masyarakat utamanya para remaja untuk paham mengenai bahayanya seks bebas dan menahan diri dari perbuatan tidak baik tersebut.

Remaja yang kurang bisa menyaring budaya Barat yang masuk serta dengan kesalahan dalam penggunaan dan pemanfaatan teknologi berdampak pada penyimpangan budaya dan penyimpangan perilaku rasa malu yang tidak lagi dipedulikan, perilaku seks bebas, gaya berpacaran yang bebas, mulai melupakan budaya sendiri dan memilih mengikuti budaya barat. Tidak sedikit remaja mengabaikan dampak yang akan membuntuti setelah perbuatan seks bebas.

 Diperlukan adanya upaya baik dari luar maupun dalam diri remaja untuk menghindari perbuatan seks pranikah yang akan menghancurkan masa depan dari seorang remaja tersebut. 

Walapun begitu peran orangtua dan edukasi terhadap seks bebas sangat amat diperhatikan. Tidak menganggap perbuatan seks sebagai hal yang tabu dan patut dibicarakan akibatnya menjadi perhatian khusus di masa kini. Tak hanya edukasi untuk remaja namun sekiranya diperlukan edukasi untuk para orangtua dalam memberikan pengertiannya kepada anak dalam pengetahuan seks.

Faktor pendorong seks bebas

Seks adalah kebutuhan yang alamiah dan wajar pada manusia yang bugar. Bahkan, tanda-tanda seksual (haid, mimpi basah, dan tumbuh payudara) menimbulkan dorongan seks di mana hal tersebut menjadi salah satu ciri remaja pubertas. 

Bagi setiap remaja akan merasakan munculnya rasa seksualitas akan bingung dan membuat resah. Dorongan seks tumbuh dengan sendirinya, seiring dengan perkembangan fisik dan psikologis. Perkembangan organ seksual pada masa remaja dipengaruhi hormon seks pada tubuh. 

Meningkatnya gejolak seksual yang dialami remaja biasanya mereka salurkan atau penuhi dengan melakukan masturbasi. Walaupun begitu, aktivitas tersebut tidak menghentikan pergaulan seks bebas. 

Faktor penyebab seks bebas muncul tidak hanya muncul dari diri sendiri melainkan juga dari cara/pola asuh orang tua. Dalam penelitian (Suparni, 2015) menyebutkan pola asuh orang tua juga berdampak pada perilaku seks bebas. Semakin tinggi pola asuh primisif maka semakin tinggi perilaku seks bebas di kalngan remaja yang dilakukan. 

Hal ini dikarenakan orang tua yang primisif tidak terlalu memperhatikan anaknya sehingga anak pun merasa bebas dalam bergaul dan mudah terjerumus pergaulan seks bebas.

Faktor pendorong lainnya sehingga menyebabkan seorang remaja melakukan seks bebas adalah pemaparan internet yang bebas. Menurut (Damanik, 2012), peran internet dijadikan kebutuhan informasi utama apabila tidak memperoleh informasi pada zaman sekarang. Mudahnya salah satu fasilitas internet terakses adalah pornografi. Kehadiran situs tersebut mendorong nafsu remaja untuk melakukan hal yang tidak senonoh. 

Satu lagi yang tidak terlepas dari penyebab terjadinya seks bebas yaitu yaitu teman dan lingkungan tempat tinggal. Pertemanan pasti berdampak juga pada seseorang di dalamnya. Pergaulan tergantung dari siapa teman kita tersebut, bagaimana sifatnya, dan bagaimana perilakunya.

Berdasarkan hasil penelitian (Damanik, 2012) yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar tekanan teman sebaya dalam kategori kuat (59,5%), selebihnya kategori lemah (40,5%). 

Responden yang menyatakan konformitas dalam teman sebaya lemah sebagian besar perilaku seks bebas dalam kategori ringan yaitu 13 orang (86,7%), sedangkan responden yang menyatakan konformitas dalam teman sebaya kuat sebagian besar perilaku seks dalam kategori berat yaitu 19 orang (86,4%).

Selain itu, faktor yang juga berpotensi menyebabkan tindakan seks bebas adalah fenomena pacaran yang marak di kalangan remaja. Fenomena pacaran di kalangan remaja kini sudah sangat mengakar. Fenomena ini dipengaruhi oleh faktor ikut-ikutan dan kematangan usia yang tidak dibarengi oleh kematangan psikologisnya. 

Remaja sering mengukur cinta seseorang jika ia mau memberikan jiwa dan raganya untuk pasangan yang belum sah. Hasil penelitian (Setiawan et al., n.d.) menunjukan adanya hubungan positif antara pacaran dengan perilaku seksual pranikah (Cc = 0,433). Menyatakan bahwa pacaran yang dilakukan remaja akan semakin mengarah hubungan seks bebas. Remaja yang berpacaran mempunyai peluang yang cukup tinggi terhadap aktivitas seks bebas.

Dampak seks bebas

Seks bebas tidak akan lepas dari akibat yang akan mengikutinya. Kita harus menanggung kerugian yang banyak. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya satu namun akan terus bercabang. Rasa malu akan terus dirasakan oleh pelaku seks bebas. Kerugian juga tidak hanya dirasakan pelaku seks bebas tetapi juga orang tua. 

Terutama remaja yang memiliki perjalanan hidup yang masih panjang. Sangat disayangkan, jika harus melakukan hal yang dapat menggores kenangan buruk di hidupnya hanya karena nafsu belaka. Pelaku seks bebas di luar ikatan pernikahan akan dihantui rasa bersalah berkepanjangan. 

Seks bebas berpotensi menyebabkan kehamilan pada remaja. Sudah jelas akan memberikan beban mental bagi pelaku. Tidak hanya itu, kehamilan yang disebabkan seks pranikah juga mengakibatkan tindakan pembunuhan. Tindakan kriminal yang kerap terjadi adalah ketika sang pacar membunuh kekasihnya. Motif pembunuhan yang sering mendasari tindakan ini biasanya karena sang pria enggan untuk menikahi setelah menghamili pacarnya.

Dampak yang ditimbulkan tidak berhenti pada kehamilan saja melainkan munculnya keputusan untuk aborsi atau bahkan memutuskan untuk bunuh diri karena tidak adanya pertanggungjawaban. 

Praktik upaya pembunuhan sang calon janin pada umumnya dilakukan oleh remaja akibat seks bebas. Tidak heran jika makin marak adanya praktik aborsi. Aborsi diketahui sangat berbahaya dampak kemandulan, kanker rahim, bahkan kematian. Rasa bersalah, malu, depresi menjadi pendorong remaja melakukan tindakan membunuh sang janin. Tindakan aborsi dianggap sebagai jalan keluar untuk menutupi aib keluarga.

Hubungan seks pranikah atau sebelum tidak hanya meresahkan masyarakat namun juga memberikan masalah lebih lanjut. Menurut survei, pelaku seks bebas tidak hanya dilakukan dengan pasangan sendiri seperti pacar dan teman, tetapi tidak jarang juga dilakukan karena kontrak kerja seperti prostitusi. Pekerja seks ini tidak hanya melakukannya dengan satu pasangan saja, melainkan selalu berganti-ganti pasangan. Sudah dipastikan hubungan seks bebas ini dapat menularkan penyakit seperti HIV/AIDS.

Berdasarkan beberapa pemaparan diatas mengenai penyebab pergaulan seks bebas sebenarnya bisa dihindari. Semua itu tergantung pada niat dan kekuatan iman individu. Dengan pembekalan iman diyakini remaja yang kebanyakan hanya memikirkan kesenangannya saja akan merenungkan dan memikirkannya kembali sebelum berbuat. 

Di sisi lain, peran orang tua dalam menjaga dan membatasi pergaulan anak juga mempengaruhi. Orang tua yang peduli dan benar-benar menjaga anaknya akan menyalurkan pikiran-pikiran tersebut ke arah yang lebih baik. Edukasi juga tidak hanya dilakukan pada sang anak, melainkan pada kedua orang tua tentang bagaimana membatasi anak namun tidak menghalangi anak dalam berekspresi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun