Seks bebas tidak akan lepas dari akibat yang akan mengikutinya. Kita harus menanggung kerugian yang banyak. Kerugian yang ditimbulkan tidak hanya satu namun akan terus bercabang. Rasa malu akan terus dirasakan oleh pelaku seks bebas. Kerugian juga tidak hanya dirasakan pelaku seks bebas tetapi juga orang tua.Â
Terutama remaja yang memiliki perjalanan hidup yang masih panjang. Sangat disayangkan, jika harus melakukan hal yang dapat menggores kenangan buruk di hidupnya hanya karena nafsu belaka. Pelaku seks bebas di luar ikatan pernikahan akan dihantui rasa bersalah berkepanjangan.Â
Seks bebas berpotensi menyebabkan kehamilan pada remaja. Sudah jelas akan memberikan beban mental bagi pelaku. Tidak hanya itu, kehamilan yang disebabkan seks pranikah juga mengakibatkan tindakan pembunuhan. Tindakan kriminal yang kerap terjadi adalah ketika sang pacar membunuh kekasihnya. Motif pembunuhan yang sering mendasari tindakan ini biasanya karena sang pria enggan untuk menikahi setelah menghamili pacarnya.
Dampak yang ditimbulkan tidak berhenti pada kehamilan saja melainkan munculnya keputusan untuk aborsi atau bahkan memutuskan untuk bunuh diri karena tidak adanya pertanggungjawaban.Â
Praktik upaya pembunuhan sang calon janin pada umumnya dilakukan oleh remaja akibat seks bebas. Tidak heran jika makin marak adanya praktik aborsi. Aborsi diketahui sangat berbahaya dampak kemandulan, kanker rahim, bahkan kematian. Rasa bersalah, malu, depresi menjadi pendorong remaja melakukan tindakan membunuh sang janin. Tindakan aborsi dianggap sebagai jalan keluar untuk menutupi aib keluarga.
Hubungan seks pranikah atau sebelum tidak hanya meresahkan masyarakat namun juga memberikan masalah lebih lanjut. Menurut survei, pelaku seks bebas tidak hanya dilakukan dengan pasangan sendiri seperti pacar dan teman, tetapi tidak jarang juga dilakukan karena kontrak kerja seperti prostitusi. Pekerja seks ini tidak hanya melakukannya dengan satu pasangan saja, melainkan selalu berganti-ganti pasangan. Sudah dipastikan hubungan seks bebas ini dapat menularkan penyakit seperti HIV/AIDS.
Berdasarkan beberapa pemaparan diatas mengenai penyebab pergaulan seks bebas sebenarnya bisa dihindari. Semua itu tergantung pada niat dan kekuatan iman individu. Dengan pembekalan iman diyakini remaja yang kebanyakan hanya memikirkan kesenangannya saja akan merenungkan dan memikirkannya kembali sebelum berbuat.Â
Di sisi lain, peran orang tua dalam menjaga dan membatasi pergaulan anak juga mempengaruhi. Orang tua yang peduli dan benar-benar menjaga anaknya akan menyalurkan pikiran-pikiran tersebut ke arah yang lebih baik. Edukasi juga tidak hanya dilakukan pada sang anak, melainkan pada kedua orang tua tentang bagaimana membatasi anak namun tidak menghalangi anak dalam berekspresi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H