Saya lupa akan detail pertandingan itu. Saya pun masih terlalu muda untuk bisa memahami pertandingan itu secara taktikal. Yang dapat saya ingat hanya gol dari Lars Ricken dan gol dari Del Piero (karena pada saat Riedle mencetak gol, saya sedang 'ketiduran' lagi). Pada intinya, pertandingan itu begitu berkesan untuk saya, karena itu adalah untuk kali pertama saya 'nonton bola' sendirian, dan itu adalah pertandingan Champions League pertama yang saya tonton.
Seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan saya mulai cukup sering menyaksikan Dortmund bertanding, khususnya di ajang Champions League. Dan diantara semua pertandingan Dortmund yang pernah saya saksikan di masa itu, setidaknya ada dua pertandingan yang saya sukai. Yang pertama adalah saat Dortmund vs Parma. Saya tidak ingat, pertandingan ini terjadi di babak penyisihan atau di fase knock out. Yang jelas, ada satu pemain yang membekas dalam ingatan saya, yaitu Sousa. Kalau tidak salah, Dortmund menang di pertandingan ini. Sedangkan pertandingan yang kedua adalah Dortmund vs Real Madrid. Untuk pertandingan ini, pemain yang membekas dalam ingatan saya adalah sang kiper, yakni Klos (Stefan atau Steffan Klos, saya lupa). Pertandingan ini terjadi di semifinal. Meskipun Dortmund kalah di pertandingan ini, saya tetap menyukai pertandingan ini.
Secara garis besar, begitulah awal mula perkenalan saya dengan Dortmund, dan juga awal mula saya memilih Dortmund sebagai klub favorit saya. Selanjutnya, saya pun mulai mengikuti perkembangan Dortmund hingga akhir 90-an sampai awal 2000-an. Saya masih ingat, pada masa itu, Kaiserslautern sempat mengejutkan banyak orang dengan berhasil menjadi kampiun Liga Jerman. Berbagai media banyak yang memuat berita tentang klub tersebut. Selain Kaiserslautern, ada pula Leverkusen yang juga cukup sering dibicarakan oleh orang-orang. Entah mengapa, saya tidak tahu. Mungkin karena permainan Leverkusen di era itu dianggap bagus, saya tidak tahu pasti.
Seiring bertambahnya usia, bertambah pula berbagai aktivitas. Baik aktivitas sekolah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya. Hal itulah yang membuat saya mulai jarang mengikuti perkembangan Dortmund. Seingat saya, terakhir kalinya saya masih mengikuti perkembangan Dortmund adalah ketika mereka menjadi juara di awal 2000-an. Entah 2001, entah 2002, saya lupa. Pada saat mereka juara itulah, saya mengenal nama-nama seperti Rosicky, Jan Koller, Oliseh, Odonkor, Amoroso, dll. Namun ada satu nama yang selalu saya ingat di era itu. Bukan karena skillnya atau karena hal teknis lainnya, melainkan karena namanya, yaitu "Dede". Lucunya (atau lebih tepatnya bodohnya), saya sempat mengira bahwa itu adalah nama Indonesia. Oleh karena itulah, tiap kali mendengar nama pemain ini, saya selalu ingin tertawa.
Dan yang jelas, di masa itu, saya hanya bisa mengandalkan media cetak seperti majalah/tabloid/koran untuk bisa mengetahui perkembangan Dortmund. Itupun terkadang belum tentu ada berita tentang Dortmund di media tersebut. Liga Jerman memang tidak mendapatkan porsi yang banyak di media. Informasi tambahan yang bisa saya peroleh 'paling-paling' hanya dari pembicaraan orang-orang saja. Termasuk pula informasi dari sanak famili, kerabat, serta tetangga-tetangga yang baru pulang dari Eropa (khususnya Jerman) dalam rangka menyelesaikan studi atau bekerja.
Jadi, jangan tanyakan kepada saya mengenai 'Chant' ataupun 'Yel-Yel' dari klub ini. Mendapatkan informasi yang cukup saja sudah sulit, apalagi untuk bisa mengumpulkan merchandise, jersey, atau sekadar tahu irama dari chant dan yel-yel milik Dortmund. Mencintai Dortmund memang butuh perjuangan dan kesabaran di masa itu, setidaknya menurut saya, menurut yang saya alami.
Saya pun mulai semakin jarang mengikuti perkembangan Dortmund selepas mereka menjadi juara. Karena seperti yang telah saya tulis sebelumnya, bahwa aktivitas saya yang semakin padat membuat saya semakin jarang membaca media cetak (mau tidak mau, saya harus lebih banyak membaca buku-buku pelajaran karena tugas-tugas akademis yang 'numpuk'). Jikapun ada waktu luang, saya gunakan untuk 'nge'band', atau saya gunakan ke Wartel (jadul banget ya wartel? Hahahaha) untuk menelepon pacar saya (karena telefon rumah selalu dikunci/digembok oleh keluarga). Namun bagaimanapun juga, di dalam hati saya tetap menyukai klub ini. Jika harus 'lebay', mungkin bisa dikatakan bahwa saya hanya sebatas 'Secret Admirer'nya Dortmund.
Di masa saya mulai jarang mengikuti perkembangan Dortmund inilah, banyak dari teman-teman saya yang memiliki asumsi berbeda mengenai klub favorit saya. Ada yang mengira bahwa saya adalah fans dari Bayern Munchen. Alasannya adalah karena saya dianggap tahu banyak mengenai Munchen. Bagaimana saya bisa tidak tahu tentang Munchen, lha wong dari kecil saya sering diceritakan tentang Munchen oleh paman saya. Hal ini perlu diluruskan. Sebenarnya saya tidak tahu banyak, hanya sebatas yang saya tahu. Itupun hanya berdasarkan pengalaman saya dengan paman saya saja.
Selain itu, ada pula yang menyematkan Juventini kepada saya. Alasan kali ini adalah karena saya dianggap sebagai fans dari Del Piero. Padahal kenyataannya, waktu itu saya sedang jatuh cinta ke seorang wanita yang sangat mengidolakan Del Piero. Jadi untuk menarik perhatiannya, saya sering membicarakan tentang Del Piero. Terkait dengan hal ini, ada yang (mungkin) terbilang ironis. Pertama kalinya saya menonton pertandingan Champions League adalah saat final antara Dortmund vs Juventus. Saya yang mulai jatuh cinta kepada Dortmund di malam itu, malah dianggap sebagai fans dari Juventus dikemudian hari. Lebih-lebih, di final itu, Del Piero mencetak gol pula. Jadi sedikitnya saya bisa menceritakan tentang final tersebut. Dan itu malah justru menguatkan asumsi bahwa saya adalah Juventini.
Berdasarkan kedua anggapan tersebut, sangat wajar bila banyak orang yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya saya adalah fans Dortmund, khususnya teman-teman di sekolah baru saya (karena di masa itu saya sering pindah-pindah sekolah mengikuti keluarga). Terlebih, di masa itu, sepertinya Dortmund tidak sepopuler seperti saat ini, menurut saya.
Waktu pun berlalu. Setelah bertahun-tahun lamanya, saya perlahan-lahan mulai kembali mencari tahu perkembangan Dortmund pada saat Klopp sudah menjadi pelatih Dortmund. Namun saya pun tidak melakukannya secara rutin, hanya saat saya sedang libur bekerja saja. Di masa ini, saya sudah merasa terbantu oleh internet dalam mencari informasi mengenai perkembangan Dortmund. Dan di masa ini pula, jersey Dormund sudah mulai marak dijumpai. Secara garis besar, saya cukup menyukai sosok Klopp. Sangat berapi-api, sangat energik (Imbasnya di kemudian hari, hal ini membuat saya dianggap sebagai fans Liverpool oleh beberapa teman saya, hanya karena saya cukup mengagumi Klopp). Namun setelah Klopp meninggalkan Dortmund, saya pun mulai kembali jarang mengikuti perkembangan Dortmund. Lagi-lagi karena faktor aktivitas yang padat. Terlebih, saya bukanlah pengguna media sosial yang aktif.