Sebagai satu-satunya harta tersisa, mereka menggantungkan harapan tinggi agar segera wabah ini berakhir dan harga jual kembali normal.
Namun realitanya, tak banyak juga yang merugi karena harga jual menjadi sangat rendah dibanding saat membeli dan biaya perawatan sampai saatnya "panen" ternak.
Semuanya itu terpaksa mereka jalani agar bisa bertahan di tengah situasi sulit yang dialami.
Mimpi Buruk di 1887 Terulang di Tahun 2022
Sekitar 1 abad yang lalu, tepatnya 1887, PMK pertama kali terdeteksi di Malang, Jawa Timur dan selanjutnya di tahun 1907 sebanyak 1.201 ternak terserang PMK di Pulau Jawa.
Kemudian di era modern saat ini, data Kementan 2 Juni 2022 lalu, menyebutkan bahwa terdapat sekitar 57. 773 ternak mengalami PMK di 127 kabupaten/kota dan 18 propinsi di Indonesia.
Akibat wabah tersebut, produksi susu dan daging ikut mengalami penurunan karena PMK ikut menyerang sapi perah, sementara sapi yang terjangkit terpaksa dipotong dan dagingnya dijual dengan harga rendah.
Penyakit ini menyebabkan hewan terlihat sangat kurus. Permasalahan yang masih diperdebatkan adalah amankah daging dikonsumsi?Â
Sejauh ini banyak artikel yang membahas keamanan daging sapi terjangkit PMK masih aman untuk dikonsumsi.
Namun, menurut Prof. Wasito, dari FKH UGM, yang dilansir dari bbc.com, daging dan susu sapi yang terinfeksi PMK tetap mengandung virus, sehingga tidak disarankan mengonsumsinya.