Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Penyakit Mulut dan Kuku: Ratapan Peternak Sapi

13 Juni 2022   02:39 Diperbarui: 15 Juni 2022   14:32 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis wabah PMK pada ternak | Sumber: blue.kumparan.com

Konsumsi daging sejatinya membantu menyuplai protein bagi tubuh manusia akan tetapi ketika sapi terinfeksi PMK, protein dan asam amino di daging telah dipakai virus untuk berkembang dalam tubuh sapi, sehingga bisa jadi ketika mengonsumsi, malah protein dan asam aminonya sudah tidak ada, jadi seperti memakan daging kosong semata.

Pesatnya penularan PMK ini tidak serta-merta dihadapi dengan pemberian vaksin secara sporadic misalnya, sebab pemberian vaksin-pun harus didasarkan pada tipe atau jenis virus.

Untuk itulah, virus harus dipelajari dengan cara menemukan dan mengisolasinya. Umumnya virus punya kemampuan untuk bermutasi sehingga perlu memahami cara kerjanya.

Langkah pertama yang dilakukan adalah menemukan virus itu, diisolasi, kemudian dipelajari dan selanjutnya setelah ditemukan serotype-nya, vaksin baru bisa diberikan.

Penularan PMK saat ini memang sudah mengkhawatirkan. Bayangkan saja, setelah lebih kurang 1 abad setelah ditemukan pertama kali, dan tiga dekade belakangan, akhirnya PMK kembali melanda Indonesia.

Tiga dekade itu waktu yang cukup lama sehingga terdapat kekhawatiran jangan-jangan mutasi virus ini bisa saja terjadi. 

Waktu yang cukup lama ini pun membuat orang menjadi kurang siap dan siaga terhadap ancaman PMK, akibatnya ketika muncul kembali, banyak yang mengalami kerugian.

Semoga dari pengalaman ini, banyak pelajaran penting yang dapat diambil untuk mencegah potensi rugi akibat wabah yang sama di masa depan.

Referensi :

[1],[2],[3]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun