Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nasib Odonata di Tangan Kita: Jika Punah, Manusia Ikut Sengsara

22 Mei 2022   13:43 Diperbarui: 24 Mei 2022   12:38 2615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ordo Odonata atau Capung/by Leigh Heasley/Sumber: Pexels.com

Sejarah mencatat bahwa dalam peradaban manusia modern, pernah terjadi musibah yang memilukan hati manusia. Peristiwa pilu ini dirasakan masyarakat Jepang saat Teluk Jepang dipenuhi bahan pencemar merkuri yang mengakibatkan anak-anak generasi tersebut mengalami minamata.

Mungkin banyak yang sudah mengetahui peristiwa pilu ini lewat banyak artikel yang memenuhi dunia maya. Bukti bahwa manusia rentan terhadap pencemaran lingkungan hidup karena ulah manusia sendiri.

Karena manusia juga maka perubahan iklim terjadi. Beberapa kompasianer menaruh perhatian serius tentang isu-isu lingkungan serta perubahan iklim. Tulisan mereka bertujuan mengedukasi pembaca agar sadar terhadap lingkungan. 

Saat iklim berubah, banyak hal dalam lingkungan yang berubah, salah satunya ancaman kepunahan serangga ordo Odonata atau capung.

Mengapa capung sangat penting peranannya bagi lingkungan dan manusia?

Ilustrasi Capung Sedang Berburu/Sumber: lifeindo.com
Ilustrasi Capung Sedang Berburu/Sumber: lifeindo.com

Peranan Capung

Kekhawatiran manusia teristimewa di kawasan padat penduduk ketika hujan adalah banjir. Saat banjir surut, ada genangan di mana-mana sehingga menjadi rumah nyaman untuk nyamuk.

Dalam ekosistem, capung punya peran sebagai pemangsa atau dalam bahasa keren-nya disebut predator. Capung gemar berburu nyamuk dan serangga kecil lainnya dengan sangat efisien, memiliki tingkat keberhasilan sekitar 95% dibanding singa dan hiu ketika berburu, dan kecepatannya mencapai 50km/jam hanya dengan tiga kali hentakan sayap (zmescience.com).

Posisinya sebagai predator alami nyamuk menempatkannya sebagai pengendali atau pengontrol nyamuk dalam keseimbangan ekosistem.

Selain itu, karena hidupnya di daerah perairan, capung juga suka memangsa hama tanaman pangan di persawahan. Hama serangga berukuran kecil menjadi mangsa utama bagi ordo Odonata ini.

Keberadaan capung selain sebagai predator, juga sebagai penentu atau indikator kebersihan lingkungan, utamanya kebersihan air. Jadi, kalau misal di daerah pembaca masih banyak capung, bersyukurlah sebab itu tanda air tersebut bersih dari pencemaran.

Mesti muncul pertanyaan, mengapa jadi indikator? Nah, untuk menjawabnya perlu kita tahu tentang siklus hidup capung bukan?

Siklus Hidup Capung/Sumber: www.vectorstock.com
Siklus Hidup Capung/Sumber: www.vectorstock.com

Siklus Hidup Capung

Sebagai makhluk hidup, ciri capung adalah berkembang biak. Capung termasuk serangga yang pilih-pilih loh. Dia enggak suka kolam, sungai, atau peraiaran yang kotor untuk meletakkan telurnya.

Dalam daur hidup, capung memiliki beberapa fase yakni telur, nimfa, dan dewasa.

Fase telur berhubungan dengan induk betina dan lingkungan. Saat capung betina hendak bertelur, dia akan memilih air yang bersih, dan tenang untuk meletakkan telurnya. Jika kesulitan mendapatkan air yang tenang, barulah dia mencari tanaman air yang terendam, atau daerah lumpur yang ada airnya.

Fase nimfa merupakan fase setelah menetas. Nimfa capung tergolong predator yang sangat rakus. Fase ini akan berlangsung cukup lama. Nimfa akan berganti kulit sampai dua belas kali sebelum menjadi dewasa.

Fase dewasa merupakan fase akhir dalam siklus hidupnya, di mana pada fase ini capung gemar berburu serangga lainnya bahkan ketika mereka sementara terbang. Uniknya capung dewasa ada pada aktivitas akrobatik. Saat terbang capung bisa terbang maju, mundur, dan menyamping dibanding serangga lain pada umumnya.

Sehingga selama siklus atau daur hidup, capung akan berhabitat (memilih tempat tinggal) pada daerah-daerah dengan air yang bersih, sebab jika air mengandung bahan pencemar, telur-telur capung dan nimfa banyak yang mati sebelum mencapai fase dewasa.

Kerentanan fase telur dan nimfa inilah yang menyebabkan capung akan pilih-pilih tempat untuk melanjutkan fase kehidupannya.

Jadi itulah alasan mengapa dia dijadikan indikator untuk memonitor kebersihan air.

Akan tetapi saat ini capung mulai terancam keberadaannya. Kerusakan lingkungan dan perubahan iklim akibat aktivitas manusia atau dikenal dengan sebutan antropogenik berdampak pada kepunahan capung.

Seperti apa sih perubahan iklim ini mengancam kehidupan capung?

Infografis Penurunan Populasi Capung dan Beberapa Serangga Lainnya dalam 1 Dekade Terakhir/Sumber:www.pantau.com
Infografis Penurunan Populasi Capung dan Beberapa Serangga Lainnya dalam 1 Dekade Terakhir/Sumber:www.pantau.com

Adaptasi Capung Jantan dan Efeknya terhadap Populasi Capung

Saat kita mengeksploitasi sumber daya alam berlebihan, membuang limbah-limbah ke lingkungan, membakar sampah, asap-asap kendaraan dan industri menyebabkan karbon terlepas dan menjadi gas rumah kaca.

Efek gas rumah kaca membuat suhu bumi meningkat. Saat ini kita merasakan betul bagaimana suhu sangat terik.

Naiknya suhu bumi ini menyebabkan capung jantan beradaptasi. Proses adaptasinya dengan melepaskan pola atau motif hitam yang terdapat pada sayapnya.

Capung jantan terpaksa menghilangkan pola hitam itu karena ada sebabnya, yaitu untuk mencegah overheat. Dalam akun akujugaterdampak yang diolah dari berbagai sumber, disebutkan bahwa pola hitam pada sayap capung dapat meningkatkan suhu tubuhnya sampai dua derajad celcius.

Kenaikan suhu dua derajad ini berisiko kematian bagi tubuh mungilnya, sehingga untuk beradaptasi, mereka menghilangkan pola hitam dengan memproduksi sedikit melanin untuk sayapnya.

Bagi capung jantan, pola itu mencirikan kegagahan di mata capung betina. Saat musim kawin tiba, capung jantan akan "tebar pesona" lewat pola hitam itu kepada calon betinanya.

Jika pola itu pudar atau hilang karena adaptasi, maka si betina tidak mengenal lagi pasangannya itu. Akibatnya penurunan populasi karena gagal kawin dan lama-kelamaan populasi capung punah.

Warna gelap atau hitam punya sifat menyimpan panas dibanding warna terang. Kalaupun nekat memakai pakaian hitam dan jalan kaki saat panas terik, konsekuensinya berkeringat sebagai respon tubuh mendinginkan suhu badan.

Itulah yang dirasakan oleh capung ketika pola hitam masih dengan jelas terlukis di sayapnya.

Nasib capung ada di tangan manusia. Jika mereka punah, kita sebagai manusia juga akan merasakan dampaknya.

Sumber air bersih menjadi tantangan global saat ini ketika perubahan iklim terjadi. Berkaca pada kegagalan manusia saat peristiwa minamata dan mengingat peranan capung terhadap kehidupan manusia terutama masalah air bersih, sangatlah bijak jika dalam aktivitas, kita perlu memperhatikan lingkungan demi kemaslahatan seluruh makhluk hidup.

Referensi:

[1],[2],[3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun