Selain itu, karena hidupnya di daerah perairan, capung juga suka memangsa hama tanaman pangan di persawahan. Hama serangga berukuran kecil menjadi mangsa utama bagi ordo Odonata ini.
Keberadaan capung selain sebagai predator, juga sebagai penentu atau indikator kebersihan lingkungan, utamanya kebersihan air. Jadi, kalau misal di daerah pembaca masih banyak capung, bersyukurlah sebab itu tanda air tersebut bersih dari pencemaran.
Mesti muncul pertanyaan, mengapa jadi indikator? Nah, untuk menjawabnya perlu kita tahu tentang siklus hidup capung bukan?
Siklus Hidup Capung
Sebagai makhluk hidup, ciri capung adalah berkembang biak. Capung termasuk serangga yang pilih-pilih loh. Dia enggak suka kolam, sungai, atau peraiaran yang kotor untuk meletakkan telurnya.
Dalam daur hidup, capung memiliki beberapa fase yakni telur, nimfa, dan dewasa.
Fase telur berhubungan dengan induk betina dan lingkungan. Saat capung betina hendak bertelur, dia akan memilih air yang bersih, dan tenang untuk meletakkan telurnya. Jika kesulitan mendapatkan air yang tenang, barulah dia mencari tanaman air yang terendam, atau daerah lumpur yang ada airnya.
Fase nimfa merupakan fase setelah menetas. Nimfa capung tergolong predator yang sangat rakus. Fase ini akan berlangsung cukup lama. Nimfa akan berganti kulit sampai dua belas kali sebelum menjadi dewasa.
Fase dewasa merupakan fase akhir dalam siklus hidupnya, di mana pada fase ini capung gemar berburu serangga lainnya bahkan ketika mereka sementara terbang. Uniknya capung dewasa ada pada aktivitas akrobatik. Saat terbang capung bisa terbang maju, mundur, dan menyamping dibanding serangga lain pada umumnya.
Sehingga selama siklus atau daur hidup, capung akan berhabitat (memilih tempat tinggal) pada daerah-daerah dengan air yang bersih, sebab jika air mengandung bahan pencemar, telur-telur capung dan nimfa banyak yang mati sebelum mencapai fase dewasa.