Pindapatta sendiri bukanlah berfokus pada pemberian barang atau materi dalam bentuk uang. Menurut Subandi (2021) kata tersebut berarti berdana makanan. Ya, kata kuncinya adalah makanan. Hanya dalam prakteknya, awam masih kurang memahami sehingga barang yang bukan masuk kategori makanan sering diberikan.
Pindapatta sendiri terbagi menjadi pinda dan patta. Pinda berarti gumpalan atau bongkahan makanan sedangkan patta berarti mangkuk.
Seorang Bhikkhu memiliki apa yang disebut "harta yang paling berharga" yaitu selain tiga jubahnya, Bhikkhu juga memiliki mangkuk (patta).
Saking berharga patta bagi mereka, sampai-sampai mangkuk ini akan dijaga dan dirawat dengan sangat teliti dan detail.
Setelah selesai makan, mangkuk akan dicuci bersih, untuk mencegah berkarat atau rusak. Kemudian ketika akan diletakkan, mangkuk ini dialas dengan pengalas untuk mencegah keretakan atau pecah.
Selain itu, ketika melakukan pindapatta, mangkuk akan digendong dengan kain, agar mencegah mangkuk tersebut lepas dari tangan karena penuh dengan makanan.
Dengan demikian Pindapatta merupakan cara Bhikkhu untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Dalam tulisannya Subandi menyatakan bahwa Pindapatta bukanlah tindakan mengemis, ditegaskan bahwa saat mengumpulkan dana makanan, Para Bhikkhu berdiri diam sejenak.
Dalam praktek sekarang, Para Bhikkhu hanya berjalan tanpa memohon belas kasihan umat, ketika ada umat awam yang berdana, Bhikkhu akan mendoakan umat tersebut.
Dana yang dimaksudkan dalam tradisi ini adalah perbuatan memberi. Memberi adalah salah satu perbuatan baik. Dengan kata lain berdana merupakan perbuatan melepaskan sesuatu  yang dimiliki dengan penuh keikhlasan untuk sebuah tujuan yang baik.
Prosesi Pindapatta dan Maknanya