Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pindapatta: Tradisi Umat Budha Menyambut Waisak

9 Mei 2022   23:57 Diperbarui: 11 Mei 2022   03:01 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Bhikkhu Membawa Patta/by Sadaham Yathra/Sumber : Pexels.com 

Pernah dengar tradisi Pindapatta ? Sebentar lagi Umat Budha akan merayakan Hari Raya Waisak kalau tidak salah jatuhnya di tanggal 16 Mei besok sehingga menuju hari tersebut, ada serangkaian acara salah satunya adalah tradisi Pindapatta. 

Uniknya tradisi Pindapatta ini hanya dilakukan di wilayah Asia Tenggara, salah satunya di Indonesia.

Gambaran Umat Budha di Indonesia

Nah, mungkin banyak yang belum tahu bahwa Umat Budha di Indonesia ini memiliki sistem tersendiri yaitu awam dan sangha.

Kedua kelompok ini juga sendiri memiliki kecenderungan yang berbeda dalam hidup, tetapi punya ikatan dan saling membutuhkan antar keduanya.

Menurut Subandi (2021), golongan Bhikkhu membutuhkan umat awam untuk kebutuhan hidupnya, sementara awam membutuhkan para Bhikkhu untuk spiritual mencapai ketenangan batin lewat ajaran-ajaran agama.

Ada dua makna tentang tradisi ini yaitu, Para Bhikkhu akan berlatih membawa patta sementara umat awam berlatih berdana.

Dalam tradisi ini ada istilah Pindapatta dan Dana. Apa itu ?

Ucapan Selamat Hari Raya Waisak/Sumber: assets.promediateknologi.com
Ucapan Selamat Hari Raya Waisak/Sumber: assets.promediateknologi.com

Pindapatta dan Dana

Pindapatta sendiri bukanlah berfokus pada pemberian barang atau materi dalam bentuk uang. Menurut Subandi (2021) kata tersebut berarti berdana makanan. Ya, kata kuncinya adalah makanan. Hanya dalam prakteknya, awam masih kurang memahami sehingga barang yang bukan masuk kategori makanan sering diberikan.

Pindapatta sendiri terbagi menjadi pinda dan patta. Pinda berarti gumpalan atau bongkahan makanan sedangkan patta berarti mangkuk.

Seorang Bhikkhu memiliki apa yang disebut "harta yang paling berharga" yaitu selain tiga jubahnya, Bhikkhu juga memiliki mangkuk (patta).

Saking berharga patta bagi mereka, sampai-sampai mangkuk ini akan dijaga dan dirawat dengan sangat teliti dan detail.

Setelah selesai makan, mangkuk akan dicuci bersih, untuk mencegah berkarat atau rusak. Kemudian ketika akan diletakkan, mangkuk ini dialas dengan pengalas untuk mencegah keretakan atau pecah.

Selain itu, ketika melakukan pindapatta, mangkuk akan digendong dengan kain, agar mencegah mangkuk tersebut lepas dari tangan karena penuh dengan makanan.

Dengan demikian Pindapatta merupakan cara Bhikkhu untuk memenuhi kebutuhan makanan.

Dalam tulisannya Subandi menyatakan bahwa Pindapatta bukanlah tindakan mengemis, ditegaskan bahwa saat mengumpulkan dana makanan, Para Bhikkhu berdiri diam sejenak.

Dalam praktek sekarang, Para Bhikkhu hanya berjalan tanpa memohon belas kasihan umat, ketika ada umat awam yang berdana, Bhikkhu akan mendoakan umat tersebut.

Dana yang dimaksudkan dalam tradisi ini adalah perbuatan memberi. Memberi adalah salah satu perbuatan baik. Dengan kata lain berdana merupakan perbuatan melepaskan sesuatu  yang dimiliki dengan penuh keikhlasan untuk sebuah tujuan yang baik.

Prosesi Pindapatta/Sumber : akcdn.detik.net.id
Prosesi Pindapatta/Sumber : akcdn.detik.net.id
Prosesi Pindapatta dan Maknanya

Prosesi dimulai dengan mempersiapkan diri Para Bhikkhu seperti mempersiapkan jubah dan  mangkuk (patta). Setelah berdoa, dan menyiapkan semuanya, rombongan Bhikkhu akan berjalan berurutan keluar dari komplek Vihara.

Bhikkhu senior yang ditahbis duluan (Vasa), akan berada di urutan terdepan dari rombongan dan diikuti Para Bhikkhu junior (baru saja ditahbis) hal ini disesuaikan dengan aturan Para Bhikkhu.

Saat berjalanpun Para Bhikkhu akan tetap menjaga adab-nya dengan cara pandangannya tetap berfokus ke depan, berjalan dengan sopan, tanpa harus mebusungkan dada seperti orang awam ketika berjalan.

Ketika bertemu dengan umat awam yang akan berdana, umatpun akan bersikap anjali (seperti salam namaste) dan bersujud ketika memberi persembahan kepada Bhikkhu. Hal ini menggambarkan sikap bhakti murid kepada gurunya.

Makna yang terkandung dalam tradisi ini adalah sikap berterima kasih kepada sang guru yang telah mengajarkan ajaran agama kepada murid (umat awam). Bentuk terima kasih dilakukan lewat pemberian makanan (dana) untuk kebutuhan Bhikkhu sangha.

Dengan melakukan Pindapatta ini, Umat Budha menyadari bahwa Para Bhikkhu sangha telah mengajarkan mereka ajaran Budha, melalui praktik yang dilakukan Para Bhikkhu dalam kehidupan sehari-hari mereka yang dapat dicontoh umat.

Selain itu dengan melakukan Pindapatta dari sisi spiritual,  Umat Budha memahami tentang pentingnya berbuat kebaikan dalam hidup keseharian serta mengerti tentang makna hidup sebagai manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun