Efek Deoksigenasi bagi Kelangsungan Ekosistem Laut
Fungsi kehidupan atau fungsi biologi sangat dipengaruhi oleh keadaan oksigen di dalam tubuh begitu pun untuk organisme laut atau perairan. Saat oksigen terlarut rendah, beberapa proses mengalami perlambatan seperti reproduksi, pertumbuhan, dan kerentanan terhadap serangan penyakit.Â
Memang betul bahwa beberapa organisme laut mampu beradaptasi dengan kondisi kekurangan oksigen dan bermetabolisme secara anaerob, tetapi metabolisme dengan memanfaatkan oksigen jauh lebih efisien menghasilkan energi dibanding anaerob.
Kondisi deoksigensi ini menyebabkan organisme yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi kekurangan oksigen, termasuk yang dibudidayakan, tambak, dan jenis budidaya laut lainnya akan lemas atau bahkan mati. Selain itu kondisi ini dapat mengganggu jaringan makanan yang sudah ada.
Kondisi hipoksia akibat kekurangan oksigen juga berdampak pada rusaknya terumbu karang, dimana sebagai organisme laut, karang sangat sensitif terhadap oksigen dan suhu. Peristiwa pemutihan karang adalah salah satu dampak dari kekurangan oksigen yang terjadi di laut.
Iklim yang menghangat sangat terlihat dampaknya di daerah pesisir, saat dulu lamun masih dapat kita temui ketika air laut surut, saat ini sudah sangat jarang ditemui padahal lamun berperan dalam produksi oksigen sehingga ketika hilang kualitas tempat hidup atau habitat juga menurun.
Pada akhirnya pekerjaan rumah paling berat yang dihadapi oleh kita manusia adalah menurunkan gas rumah kaca sebab kemungkinan sebagai negara yang memiliki banyak daerah pesisir, Indonesia akan merasakan dampak deoksigenasi untuk itu diperlukan perencanaan yang adaptif untuk menilai serta menangani perubahan yang terjadi.
Referensi :
 World's Biggest Oxygen Producers Living in Swirling Ocean Waters
 Ocean Deoxygenation: A Primer.
Deoxygenation of the Baltic Sea during the last century.