Mohon tunggu...
Marcella Rika Nuraini
Marcella Rika Nuraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Behaviorisme dan Penerapannya Dalam Pembelajaran

23 Mei 2024   06:55 Diperbarui: 23 Mei 2024   07:18 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme.

Behavioristik atau yang dikenal juga dengan behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu dari sisi fenomena jasmaniyah saja, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Sebab, menurut teori ini semua kecakapan, kecerdasan, dan bahkan perasaan bisa timbul setelah manusia melakukan kontak dengan alam sekitar terutama alam pendidikan. Artinya, seorang individu bisa pintar, terampil dan berperasaan hanya bergantung pada bagaimana individu itu di didik.

Teori behaviorisme menerapkan konsep penguatan stimulus-respons, yang berarti pengetahuan yang terbentuk melalui hubungan stimulus-respons akan menjadi lebih kuat ketika diperkuat. Penguatan ini terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif, sebagai stimulus, dapat meningkatkan kemungkinan pengulangan perilaku tersebut. Sementara penguatan negatif dapat mengurangi atau menghilangkan perilaku.

Menurut prinsip behaviorisme, belajar adalah hasil dari interaksi antara stimulus dan respons yang menghasilkan perubahan dalam perilaku. Seseorang dianggap telah belajar ketika mereka mampu menunjukkan perubahan dalam perilaku mereka. Dengan kata lain, belajar adalah proses di mana siswa mengalami perubahan dalam kemampuan mereka untuk bertindak sesuai dengan interaksi antara stimulus dan respons. Menurut teori ini yang terpenting adalah input atau masuk yang berupa stimulus dan output atau keluaran yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.[

 Dalam pandangan teori behavioristik perilaku manusia dapat diarahkan oleh penguatan dari lingkungan sekitar, sehingga dalam perilaku belajar mampu terjalin dengan kuat antara reaksi behavioristik sama stimulus. Di dalam pandangan teori tersebut yang terpenting dalam belajar ialah input harus stimulus serta output ialah respons. Dimana cara ini akan terlaksana dimana respons dan stimulus yang tidak terlalu penting dalam memperhatikan karena tidak bisa diawasi serta tidak mampu diukur.

Oleh sebab itu hal yang bisa diberikan oleh pendidik dan apa yang bisa diterima, wajib mampu mengamati dan terukur. Hal ini selaras dengan teori belajar behavioristik suatu rumpun ilmu jiwa wajib sangat dilihat, dirasakan, dan mampu diobservasi. Metode yang selalu dipakai dalam melaksanakan hal ini adalah mengawasi dan membuat kesimpulan.

Teori belajar dalam pendekatan behavioristik adalah sebuah teori yang mengkaji perilaku manusia. Menurut Desmita, teori belajar dengan pendekatan behavioristik adalah suatu teori yang menginterpretasikan perilaku manusia dengan cara yang objektif, mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan perilaku seseorang dapat terjadi melalui upaya pengkondisian.

Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Teori behavioristik menyoroti studi ilmiah tentang berbagai respons perilaku yang dapat diamati dan faktor-faktor lingkungannya. Secara sederhana, perilaku difokuskan pada interaksi dengan lingkungan yang dapat terlihat dan diukur. Prinsip-prinsip perilaku digunakan secara luas untuk membantu individu merubah perilaku mereka menuju arah yang lebih positif. Teori belajar behavioristik menitikberatkan pada perilaku manusia sebagai hasil dari hubungan antara stimulus dan respons. Teori ini berperan penting dalam perkembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan munculnya perilaku yang terlihat sebagai hasil dari pembelajaran.

Jadi menurut saya penulis yang dimaksud dengan teori belajar behaviorisme yang telah dipaparkan diatas adalah suatu proses pembelajaran yang lebih mengutamakan kepada tingkah laku manusia sesuai dengan pengamatan dan lebih mengutamakan kepada hal hal yang tampak saja, tanpa melihat hal hal yang tidak tampak seperti kecerdasaan ,bakat, minat , dan perasaan individu dalam proses pembelajaran.

 

B. Tujuan Belajar Menurut Aliran Belajar Behaviorisme.

Teori belajar behaviorisme dikembangkan dengan tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan erat dengan pendekatan praktis dalam pendidikan dan psikologi. Beberapa tujuan utama dari teori ini adalah:

  • Memahami Hubungan Stimulus dan Respons: Tujuan utama adalah memahami bagaimana stimulus dari lingkungan dapat mempengaruhi respons atau perilaku individu, sehingga memungkinkan pengajar untuk mengendalikan dan mengarahkan perilaku tersebut.
  • Membangun Perilaku yang Diinginkan: Melalui penerapan penguatan dan hukuman, teori belajar behaviorisme bertujuan untuk membantu dalam membentuk dan mempertahankan perilaku yang diinginkan.
  • Mengukur Proses Pembelajaran: Salah satu tujuan penting lainnya adalah menyediakan alat untuk mengukur dan mengevaluasi proses pembelajaran berdasarkan perubahan perilaku yang dapat diamati.
  • Menawarkan Pendekatan yang Terstruktur: Teori ini menawarkan pendekatan yang terstruktur dan sistematis dalam merancang strategi pembelajaran, sehingga membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang efektif.
  • Teori pembelajaran yang menyoroti transformasi perilaku siswa dikenal sebagai teori pembelajaran behavioristik. Teori ini mengadopsi pendekatan psikologi yang memusatkan perhatian pada perilaku yang dapat diamati dan tidak bergantung pada kesadaran atau konstruksi mental. Salah satu karakteristik utama dari teori pembelajaran behavioristik adalah peran guru yang otoriter, bertindak sebagai agen indoktrinasi dan propaganda, serta mengatur respons perilaku.

Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mencapai perubahan perilaku siswa menuju yang lebih baik. Selain digunakan dalam memberikan poin pelanggaran aturan sekolah, teori belajar behavioristik juga diterapkan dalam proses pembelajaranini menganggap bahwa manusia bersifat pasif dan segala sesuatu bergantung pada stimulus yang diterima.

C. Kelebihan Dan Kekurangan Dalam Teori Belajar Behaviorisme.

Kaum behavioris menjelaskan belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dimana penguatan dan penghargaan, serta hukuman menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Para pendidik biasanya menggunakan teori behaviorisme untuk merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu.

1. Kekurangan teori belajar behaviorisme. Beberapa jenis kekurangan yang terdapat pada teori behavioristik, antara lain:

  • Bahan ajar yang akan digunakan telah disusun terlebih dahulu.
  • Tidak setiap materi pelajaran dapat menggunakan teori behavioristik.
  •  Dalam proses pembelajaran, peserta didik hanya sebagai pendengar dan penghapal dari apa yang peserta didik lihat dan dengar cara ini dianggap pembelajaran yang paling efektif.
  • Pemberian punishment dimaksudkan untuk menertibkan dan memberikan rasa nyaman di kelas.
  • Karena kedudukan pendidik/guru yang bersifat aktif sedangkan peserta didik bersifat pasif sehingga diperlukan penguatan (reinforcement) dari luar sehingga peran guru sangat dominan dalam pemberian penguatan.
  • Karena peserta didik bersifat pasif tanpa dapat mengembangkan imajinasinya maka apabila mengalami kendala/permasalahan tanpa ada pendidik/guru mereka tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
  • Teori belajar ini mengarahkan peserta didik untuk berpikir dalam satu arah saja, terpusat, tidak memiliki kreativitas, kontraproduktif dan mengarahkan peserta didik kepada individu yang bersifat pasif.
  • Pembelajaran yang dilakukan dominan berpusat kepada pendidik/guru (teacher centered learning) bersifat spontan dan berorientasi hanya kepada hasil pembelajaran yang dapat diukur dan diamati.
  • Akibat penerapan teori belajar ini maka peserta didik dalam proses belajar merasa tidak senang dan nyaman karena hanya berpusat kepada pendidik, keputusan pendidik obsolut, terjadinya komunikasi satu arah, pendidik memberi pelatihan, dan pendidik menentukan ruang lingkup kegiatan yang harus dipelajari peserta didik.
  •  Kritik terhadap teori behaviorisme sering kali menyoroti kekurangan dan kelemahannya dalam menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Teori ini cenderung menyederhanakan masalah pendidikan dan belajar hanya pada interaksi stimulus dan respons, tanpa mampu mengatasi variasi atau penyimpangan yang terjadi dalam hubungan tersebut. Selain itu, teori behaviorisme juga kesulitan menjelaskan perbedaan tingkat emosi siswa meskipun mereka telah mengalami penguatan yang sama.
  •  Teori ini tidak bisa menjelaskan alasan mengapa dua anak dengan kemampuan dan pengalaman penguatan yang hampir sama menunjukkan perilaku yang berbeda terhadap materi pelajaran tertentu, bahkan dalam memilih tugas dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Dengan demikian, teori ini hanya mengakui hubungan stimulus dan respon yang dapat diamati, tanpa mempertimbangkan pengaruh pikiran atau perasaan yang menghubungkan elemen-elemen yang diamati tersebut.
  • Teori behaviorisme juga condong mengarahkan siswa untuk berpikir secara linear, kurang produktif, dan kurang kreatif. Konsep teori ini menyatakan bahwa belajar adalah proses yang berfokus pada pencapaian tujuan tertentu atau mengarahkan siswa menuju target yang telah ditetapkan, menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal, banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar. Sedangkan kelebihan dan kekuatan memiliki kontribusi nyata untuk membentuk kedisiplinan dan tanggung jawab. Kedisiplinan dan tanggung jawab merupakan elemen penting dalam proses belajar dan pembelajaran. Kedisiplinan dan tanggung jawab juga merupakan karakter manusia yang utama. 

2. Kelebihan teori belajar behaviorisme

  • Dengan menggunakan teori belajar bahavioristik dalam pembelajaran maka diperoleh beberapa kelebihan, antara lain:
  • Memahirkan pendidik/guru untuk selalu bersikap teliti dan tanggap atas segala sesuatu yang terjadi didalam proses belajar.
  • Didalam proses belajar mengajar, pendidik/guru tidak dibiasakan untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah sehingga peserta didik dibiasakan untuk melaksanakan pembelajaran secara mandiri. Apabila peserta didik menemui kesulitan atau ketidaktahuan pada mata pelajaran yang sedang dipelajari maka dapat bertanya kepada pendidik/guru yang mengajar.
  • Terbentuknya perilaku yang diharapkan pendidik/guru. Memberikan reinforcement (penguatan) dengan memberikan penghargaan kepada seseorang yang dianggap layak menerima atau tidak memberikan penghargaan kepada seseorang yang tidak layak.
  • Dengan melakukan reinforcement positive (penguatan positif) berulang dan juga melakukan pelatihan yang terus menerus, dapat memaksimalkan talenta dan kepintaran peserta didik yang sudah terbentuk sebelumnya.
  • Pendidik/guru telah menyusun bahan ajar secara berstruktur dari susunan yang paling sederhana hingga yang lebih komplit dengan membuat tujuan pembelajaran yang akan dicapai dipecah kedalam bagian-bagian penting dengan terlihatnya kemampuan peserta didik menguasai keterampilan bidang tertentu dan muncul perilaku yang tidak berubah/konsisten dalam penguasaan bidang tertentu tersebut.
  • Apabila response (tanggapan) yang diinginkan belum tampak maka dapat dilakukan penggantian stimulus (motivasi) yang sebelumnya dengan stimulus (motivasi) yang baru sampai response (tanggapan) yang diinginkan muncul.
  • Teori behavioristik sangat proposional digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan praktik dan kerutinan yang memiliki komponen kelajuan, keserta-mertaan, dan stamina.
  • Teori bahavioristik juga sangat proposional digunakan kepada peserta didik yang masih membutuhkan kontrol/dominasi dari pendidik/guru sehingga peserta didik diharapkan memiliki perilaku suka mencoba kembali, suka mencontoh, dan suka akan pemberian apresiasi yang diberikan secara lansung
  • Keunggulan dan potensi memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk disiplin dan tanggung jawab. Disiplin dan tanggung jawab adalah aspek penting dalam proses belajar dan pembelajaran serta merupakan inti dari karakter manusia.

E. Penerapan Teori Behavioristik Dalam Pembelajaran

Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar dengan pendekatan behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa.

Penerapan teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran agar tercapai tujuan secara maksimal, ada dua hal yang perlu dipersiapkan oleh guru, yaitu:

Menganalisis kemampuan awal dan karakteristik anak; agar anak memiliki sejumlah kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dasar, maka perlu kiranya agar dianalisis kemampuan awal dan karakteristiknya karena akan ada beberapa manfaat yang diperoleh guru jika melaksanakan hal tersebut, antara lain:

Guru akan memperoleh gambaran yang terperinci mengenai kemampuan awal seorang anak yang nantinya akan berfungsi sebagai prasyarat bagi bahan baru yang akan disampaikan.

Guru akan mendapatkan gambaran dan jenis pengalaman yang telah dimiliki anak, sehingga dapat memberikan bahan yang lebih relevan dan mudah dipahami oleh anak.

Guru dapat mengetahui sosio-kultural anak termasuk latar belakang keluarga, ekonomi, dan lain-lain.

Guru dapat mengetahui kebutuhan anak, mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mengetahui tingkat penguasaan yang sebelumnya telah diperoleh anak.

Merencanakan materi pembelajaran yang akan diajarkan kepada anak; untuk dapat memberikan layanan pembelajaran kepada semua kelompok siswa/anak, guru setidaknya menggunakan dua pendekatan yaitu:

Anak menyesuaikan diri terhadap materi yang akan diberikan dengan cara guru memberikan tes dan pengelompokan (tes dilakukan sebelum anak mengikuti pembelajaran).

Materi pembelajaran disesuaikan dengan kondisi individu siswa. Setelah melakukan analisis kemampuan awal siswa melalui tes, guru dapat mengevaluasi tingkat penguasaan materi pembelajaran dengan membaginya menjadi dua kelompok: siswa yang sudah memahami materi dan siswa yang belum memahaminya. Selanjutnya, guru dapat merencanakan strategi yang sesuai dengan situasi tersebut. Untuk siswa yang sudah memahami materi, pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan ko-kurikuler, di mana mereka diminta untuk menelaah dan membahas materi secara kelompok serta menyajikan hasilnya. Sementara itu, untuk siswa yang belum memahami materi, guru sebaiknya memberikan penjelasan menyeluruh di dalam kelas.[16]

Dalam pembelajaran teori ini juga berfokus terhadap suatu hukuman yang terjadi dilingkungan penddikan sebagai gambaran, seorang siswa ditertibkan karena melanggar peraturan dengan cara ditegur terlebih dahulu. Setelah mendapat teguran, siswa perlu mendapat hukuman jika masih melakukan kesalahan. Namun, tidak perlu menghukum murid jika mereka berhenti membuat kesalahan.

A. Kesimpulan

Behavioristik adalah suatu aliran dalam bidang psikologi yang melihat individu hanya dari perspektif fisik semata, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan emosi individu dalam konteks pembelajaran. Menurut teori ini, fokus utama adalah untuk mencapai hasil-hasil yang jelas terkait dengan proses belajar siswa. Terdapat beberapa prinsip yang menjadi dasar teori belajar behavioristik, yaitu, konsekuensi-konsekuensi, kesegeraan konsekuensi, dan shaping.

Dalam praktiknya, teori ini diterapkan melalui tiga langkah utama yaitu akuisisi, resensi, dan transfer. Metode behavioristik ini sangat sesuai untuk mengembangkan keterampilan yang memerlukan latihan dan kebiasaan, seperti kecepatan, spontanitas, fleksibilitas, refleks, daya tahan, dan lain-lain. Contohnya termasuk percakapan dalam bahasa asing, mengetik, menari, penggunaan komputer, berenang, olahraga, dan sebagainya.

Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Teori belajar behavioristik lebih mengarah kepada anak dalam berfikir.

 Pandangan dari teori behavioristik adalah bahwa proses pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membentuk arah dan membimbing anak menuju tujuan tertentu, yang pada gilirannya dapat menghambat kreativitas dan imajinasi anak. Dalam teori ini, proses belajar dilihat sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan yang objektif, karena pembelajaran dipandang sebagai proses akuisisi pengetahuan, sementara pengajaran dianggap sebagai transfer pengetahuan kepada anak. Fokus utama dari teori ini adalah pada respons yang timbul dan ditunjukkan oleh individu sebagai hasil dari stimulus yang diberikan.  

Abidin, A. Mustika. "Penerapan Teori Belajar Behaviorisme Dalam Pembelajaran ( Studi Pada Anak )." An Nisa' 15, no. 1 (2022): 1--8.

Anam S, Mohammad, and Wasis D Dwiyogo. "Teori Belajar Behavioristik DAnam S, M., & Dwiyogo, W. D. (2019). Teori Belajar Behavioristik Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Universitas Negeri Malang, 2.an Implikasinya Dalam Pembelajaran." Universitas Negeri Malang, 2019, 2. https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Pedagogi/Artikel/TEORI_BELAJAR_BEHAVIORISTIK_DAN_IMPLIKAS.pdf.

Anis, Herman. "Teori Belajar Behavioristik Menurut Ahli." Risalah, Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam 4, no. 1, March (2021). https://hermananis.com/teori-belajar-behavioristik-menurut-para-ahli-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/.

Habsy, Bakhrudin All, Karina Apriliya, Alifia Febriana Putri, and Gian Salsabilla Aprilyana. "Penerapan Teori Belajar Behaviorisme Dan Teori Belajar Sosial Bandura Dalam Pembelajaran." Tsaqofah 4, no. 1 (2023): 476--91. https://doi.org/10.58578/tsaqofah.v4i1.2211.

Hardhita, Rizki Septa, Fatchur Rahman, Wulan Fatikhah Luswandari, Slamet Slamet, and Ade Eka Anggraini. "Survei Lingkungan Belajar (Sulingjar) Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perspektif Teori Belajar Behaviorisme Edward Lee Thorndike." Jurnal Review Pendidikan Dasar: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Hasil Penelitian 10, no. 1 (2024): 58--63. https://doi.org/10.26740/jrpd.v10n1.p58-63.

Huda, Miftahul, and Ach Fawaid. "Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran." Agustus 1, no. 4 (2023): 64--72. https://doi.org/10.51903/pendekar.v1i4.291.

Indah, Nia Purnamasari. "Siginifikansi Teori Belajar Clark Hull Dan Ivan Pavlov Bagi Pendidikan Islam Kontemporer." Qudwatun: Jurnal Pendidikan Islam  3, no. 1 (2020): 124.

Miguel, J. F.San, M. Gonzlez, A. Gascn, J. Moro, J. M. Hernndez, F. Ortega, R. Jimnez, et al. "Lymphoid Subsets and Prognostic Factors in Multiple Myeloma." British Journal of Haematology 80, no. 3 (1992): 305--9. https://doi.org/10.1111/j.1365-2141.1992.tb08137.x.

Muktar, Muhtafi. "Pendidikan Behavioristik Dan Aktualisasinya." Tabyin: Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 1 (2019): 14--30. https://doi.org/10.52166/tabyin.v1i1.4.

Nuuril Azizah, Miftakhul. "Relevansi Teori Behaviorisme Menurut Edward" 13, no. 2 (2023): 341--58.

Putra, Arianto, Tua Halomoan Harahap, Ellis Mardiana Panggabean, Muhammadiyah Sumatera Utara, and Article Info. "Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik Dalam Penerapan Pembelajaran." Khasanah Pendidikan Jurnal Ilmiah Kependidikan 17, no. 1 (2023): 1--8. https://doi.org/10.30595/jkp.v17i2.17835.

Sari, Selly Mayang, Dewi Purnama Sari, and Sari Rini Puspita. "Penerapan Teori Belajar Melalui Pendekatan Behavioristik." Pendidikan Sosial Dan Humaniora 2, no. 2 (2023): 11576--84. https://publisherqu.com/index.php/pediaqu.

Sciences, Health. "Teori Skinner" 4, no. 1 (2016): 1--23.

Shahbana, Elvia Baby, Fiqh Kautsar farizqi, and Rachmat Satria. "Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran." Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan 9, no. 1 (2020): 24--33. https://doi.org/10.37755/jsap.v9i1.249.

Shofiyani, amrini, Aufia Aisa, and Siti Sulaikho. "Implementasi Teori Belajar Behavioristik Di MI Al-Asyari'ah Jombang." Jurnal Pendidikan Bahasa Arab Dan Kajian Linguistik 5, no. 2 (2022): 22--31.

Umaruddin, Nasution, and Casmini. "Issn 1410-0053 103." Pemikiran Alternatif Kependidikan 25, no. No 1 (2020): 103--13.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun