Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tes Baca Alquran Capres Bukan untuk MTQ, Syarat untuk Jurinya Kok Ribet?

3 Januari 2019   12:09 Diperbarui: 3 Januari 2019   12:32 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Seperti yang sudah ramai diberitakan, Dewan Ikatan Dai Aceh mengundang pasangan capres-cawapres untuk mengikuti tes baca Alquran yang akan diselenggarakan di Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, 15 Januari 2019 mendatang.

Kedua pasangan capres tersebut diundang untuk ikut tes baca Alquran demi mengakhiri polemik soal keislaman para calon.

Sepanjang yang dicermati pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin telah menyatakan kesediaannya untuk hadir pada tes baca Alquran tersebut.

Sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga belum menyatakan sikap dan kuat dugaan pasangan ini tidak akan hadir.

Dalam pemahaman saya tes baca Alquran hanyalah sebatas mampu membaca Alquran dan setiap Muslim yang paham baca kitab suci itu akan dapat menilai apakah dua pasangan capres itu dapat membaca Alquran.

Karenanya untuk dapat menilai kemampuan tersebut tidaklah diperlukan para juri yang punya reputasi hebat. Guru mengaji di kampung saya pun akan dapat menilai kemampuan itu.

Malahan tidak perlu guru, tetapi para remaja yang sudah khatam Alquran juga sudah dapat menilainya .

Mengapa saya meyakini para remaja yang sudah khatam kitab suci itu sudah mampu menilai?

Di Sumatera Utara dan juga di daerah lain tentu ada tradisi khatam Alquran. Tradisi ini sudah dikenal puluhan tahun bahkan mungkin ratusan tahun.

Pada acara khatam Alquran itu umumnya anak-anak atau remaja yang akan berkhatham memakai pakaian khusus. Mereka yang berkhatam secara gantian membaca ayat-ayat Alquran khususnya ayat-ayat pada surat pendek yang dikenal juga dengan istilah Juz Amma.

Walaupun mereka pada acara khatam hanya membaca ayat-ayat Juz Amma, tetapi sebelumnya mereka masing-masing sudah membaca semua ayat-ayat kitab suci itu. Jadi, ayat-ayat Juz Amma itu dibaca sebagai pertanda ia sudah khatam Alquran.

Sekadar catatan, khusus tradisi Melayu, busana yang dipakai anak-anak atau para remaja itu biasanya teluk belanga, sebuah pakaian tradisional Melayu.

Mengapa ada tradisi khatam Alquran? 

Pertama untuk memberi gambaran kepada masyarakat ,bahwa khataman merupakanpertanda seseorang sudah membaca keseluruhan ayat Alquran yang ditulis dalam huruf Arab.

Kedua, memberi kebanggaan kepada peserta Khatam bahwa ia telah bisa dan lulus baca kitab suci itu.

Ketiga, untuk memberi rangsangan kepada anak-anak atau remaja lainnya yang belum khatam agar lebih bersungguh-sungguh dan nantinya akan diadakan acara khatam Alquran.

Di Sumatera Utara sering juga pada acara Khatam itu dibagikan pulut kuning dan panggang ayam .

Tradisi khataman itu sekaligus juga menunjukkan ,secara umum para anak atau para remaja yang pada umumnya yang masih belia itu sudah Khatam Aquran.

Anak-anak atau para remaja itu diajari oleh guru-guru yang tidak memerlukan pendidikan yang terlalu tinggi.

Para guru-guru itu juga akan dapat menilai kemampuan baca Alquran para muridnya.

Berkaitan dengan kemampuan untuk menilai bacaan Alquran yang tidak terlalu memerlukan pendidikan tinggi itulah maka menarik juga mencermati pendapat Hidayat Nur Wahid tentang rencana pelaksanaan tes baca Alquran untuk para capres yang akan digelar di Banda Aceh itu.

Hidayat Nur Wahid, politikus PKS itu mengatakan tes itu bisa dilaksanakan tapi dengan sejumlah syarat.

Menurutnya syarat tersebut antara lain, 1). yang melaksanakannya harus betul betul berkualifikasi kelas Presiden, 2) mempunyai rujukan intelektual ijazah, dan 3) penguji tes membaca Alquran itu harus kompeten dan memenuhi kualifikasi. Sebab, menurutnya, uji terhadap capres-cawapres tak bisa sembarangan.

Selanjutnya Wakil Ketua Majelis Syuro PKS itu mengatakan, "Dalam hal ini otoritas terkait dalam ilmu Alquran membaca tajwidnya, qiraahnya.

Makanya, menurut Hidayat Nur Wahid, yang menguji harus mendapatkan posisi yang diakui dia sebagai ahli dan layak untuk menguji capres- cawapres.

Menurut pendapat saya ,syarat untuk jadi juri atau penilai bacaan Alquran yang dikemukakan Hidayat Nur Wahid itu terlalu tinggi.

Sepanjang yang saya tangkap  ,maksud mengadakan tes baca Alquran di Mesjd Raya Baiturrahman Banda Aceh itu hanyalah sebatas untuk mengetahui apakah empat orang sosok anak bangsa yakni Jokowi, KH Ma'ruf Amin , Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno bisa baca Alquran atau tidak.

Keempat anak bangsa itu bukanlah untuk mengikuti sejenis Musabaqah AL Qur'an ( MTQ) yang akan ditentukan siapa pemenangnya .

Menurut saya kegiatan test itu juga bukan untuk mencari pemenang ,bacaan AL Qur'an siapa yang lebih baik .

Saya semakin kurang paham dengan salah satu persyaratan yang dikemukakan Hidayat Nur Wahid dalam halmana dinyatakannya ,yang melaksanakan test baca Alquran itu harus betul betul berkualifikasi kelas Presiden .Saya kurang mengerti lembaga atau organisasi mana yang memenuhi kualifikasi sekelas Presiden itu .

Kalau hanya untuk menyelenggarakan test tersebut ,Dewan Ikatan Da'i Aceh akan dapat melaksanakannya .

Kemudian mantan Ketua MPR itu menyatakan lagi persyaratan berikutnya ,yaitu yang menguji harus mendapatkan posisi yang diakui dia sebagai ahli dan layak untuk menguji capres- cawapres.( detiknews,2/1/2019)

Sekurang kurangnya ada 2 pertanyaan yang muncul tentang persyaratan ini ,1) ,siapa yang mengakui kompetensi penguji itu.Dengan kata lain ,adakah lembaga yang punya otoritas untuk itu ?. Apakah misalnya yang dimaksudkan itu Perguruan Tinggi Ilmu Alquran ( PTIQ) atau lembaga lainnya 

Seperti yang disampaikan di awal artikel ,menurut saya untuk mengetahui seseorang bisa baca Alquran atau tidak ,tentu tidak terlalu dibutuhkan kemampuan khusus dengan kompetensi tinggi.

Para guru guru mengaji pun sudah dapat menilai itu .

Dan perlu diingat ,mengikuti test baca AL Qur'an itu bukanlah persyaratan undang undang .Jadi tidak ada pengumuman siapa yang kalah dan siapa yang menang .Menurut saya test tersebut hanyalah bahagian dari kegiatan penyampaian informasi ke publik tentang kemampuan baca Alquran keempat tokoh bangsa itu .

Salam Demokrasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun