Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Naskah Kuno Nusantara, Kebanggaan dan Kecemasan

22 September 2018   08:11 Diperbarui: 22 September 2018   10:06 1327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masyarakat etnik Mandailing termasuk saya merasa semakin penting arti naskah kuno itu karena pada Negarakretagama ada disebut wilayah Mandailing.

Dalam berbagai kesempatan, tokoh-tokoh Mandaling banyak mengutip naskah kuno itu karena hal tersebut mengisyaratkan pada abad XIII nama Mandailing sudah dikenal dan sudah tercatat dalam naskah kuno terkenal itu.

Sesungguhnya hanya dengan dua naskah kuno, La Galigo dan Negarakretagama saja pun kita sudah berbangga hati. Tapi yang kita miliki tidak hanya itu, puluhan naskah kuno lainnya sudah banyak juga yang kita kenal. Kita makin bangga ketika diinformasikan, sekarang ini naskah kuno yang tersimpan di Perpustakaan Nasional berjumlah 10.334 naskah.

Saya meyakini selain yang tersimpan di Perpustakaan tertinggi di dunia itu, ribuan naskah kuno lainnya masih ada disimpan di rumah para petinggi adat di berbagai daerah. Di kampung halaman di Mandailing misalnya saya tahu persis masih banyak naskah kuno yang ditulis dengan aksara dan berbahasa Mandailing terdapat di rumah rumah pengetua adat.

Hal-hal itu semua membuat kita bangga, betapa bangsa, betapa suku bangsa di negeri ini untuk waktu yang lama sudah punya peradaban yang tinggi, sudah punya tradisi mengungkapkan pikiran, gagasan serta ajaran kebajikan melalui tulisan. Bahkan di antaranya sudah diakui sebagai "legacy" untuk dunia.

Tetapi serentak dengan kebanggaan itu muncul juga kecemasan terutama yang berhubungan dengan,1) kemampuan kita untuk merawat naskah naskah itu, 2) semakin sedikit anak bangsa yang mengerti tentang naskah kuno, 3) seberapa besar kesadaran kita tentang arti penting naskah kuno itu.

Kemampuan kita untuk merawat naskah kuno itu berkaitan dengan kemampuan untuk menjaga fisik naskah itu. Sebuah naskah yang sudah berumur ratusan tahun kalau tidak disimpan dengan cara yang tepat tentu akan mudah rusak. Untuk merawat atau memeliharanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Menurut informasi, naskah La Galigo agar tetap awet harus diletakkan pada ruangan yang punya temperatur kurang lebih 16 derajat celsius dengan kelembaban udara berkisar 30-55 persen.

Untuk sebahagian besar naskah kuno yang ada di Perpustakaan Nasional mungkin sudah bisa disimpan dengan baik, tetapi bagaimana dengan naskah kuno lainnya yang diyakini juga masih banyak tersebar di berbagai daerah.

Kemudian hal lain yang menjadi kecemasan kita ialah semakin sedikit anak bangsa yang bisa membaca naskah kuno. Naskah kuno menjadi sedikit yang bisa membacanya karena naskah itu ditulis dengan aksara lokal dengan menggunakan bahasa lokal yang mungkin saja tidak lagi dipahami pada masa sekarang ini.

Ketika mengungkapkan kalimat di atas tiba-tiba saya merasa berbicara juga tentang naskah kuno di Mandailing, etnik tempat saya berasal. Tidak banyak lagi yang paham tentang Aksara Mandailing yang disebut juga "Surat Tulak-Tulak" yang menurut Uli Kozok -peneliti bahasa, budaya, aksara Mandailing itu berasal dari huruf Pallawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun