Kompas.com,2/8/2018, memberitakan polisi menangkap penipu yang melancarkan aksinya dengan menghipnotis korbannya dan mengaku sebagai raja minyak dari Singapura. Diberitakan, Hannah ( 60), perempuan yang kena tipu itu di suatu tempat dihampiri seorang pria yang mengaku sebagai raja minyak dari Singapura dan ia menanyakan sebuah alamat serta akan menukarkan sejumlah mata uang asing yang disimpan dalam kopernya.
Tiba tiba saja seorang pria tua datang dan membujuk Hannah supaya membantu si "raja minyak" itu. Kemudian datang sebuah mobil yang menurut pria tua itu adalah rekannya yang bekerja di bank.
Karena pengaruh hipnotis, Hannah kemudian masuk kedalam mobil bersama si pria tua dan si raja minyak. Di dalam mobil ,Hannah diminta mencairkan sejumlah uang di sebuah bank di kawasan Cipulir ,Jakarta Selatan. Akibat kejadian ini Hannah menderita kerugian Rp40 juta
Membaca berita tersebut lalu saya teringat kejadian yang menimpa sepupu saya di Medan. Â Â
              -000-
Kata " hipnotis" pertama kali saya dengar pertengahan tahun 60 ketika saya masih berusia sekitar lima belas tahun. Waktu itu di kota kecil Padangsidimpuan, Sumatera Utara di lapangan di pusat kota, hampir setiap hari ada tukang obat yang berjualan sembari menyampaikan semacam orasi tentang manfaat dan faedah obat yang dijualnya.
Entah bagaimana asal muasalnya ,mereka yang berjualan obat dengan cara yang demikian disebut " Tukang Koyok" .Istilah ini juga sangat populer di Medan. "Koyok" dalam bahasa sehari hari di Medan berarti bohong. Harus diakui juga, para tukang koyok ini orang orang yang hebat karena dengan kemampuan orasinya mereka mampu menarik orang untuk mendengar pidatonya dan kemudian menjadi tertarik membeli obat yang ditawarkannya.
Para tukang koyok di Padangsidimpuan ini ada yang tinggal di kota itu tetapi banyak juga yang datang dari luar kota. Pada suatu ketika ada seorang tukang koyok terkenal membuat pertunjukan di lapangan. Pertunjukan itu dilakukan oleh seseorang yang dilakukan oleh Mr Suwandi yang katanya datang dari Jakarta.
Oleh tukang koyok itu dinyatakan Mr Suwandi  ini punya kemampuan hipnotis. Selanjutnya sang Mr membuat berbagai pertunjukan. Misalnya dengan mata tertutup ia bisa menebak warna dari aneka warna kertas yang ditunjukkan kepadanya. Pada ketika yang lain dengan mata tertutup ia bersepeda ditengah kerumunan penonton dan dapat melewati berbagai rintangan yang telah disiapkan.
Sekitar tiga bulan kemudian datang lagi tukang koyok yang lain yang membawa seseorang yang bernama Raja Ali. Oleh tukang koyok itu ,Raja Ali disebut sebagai Raja Hipnotis.
Pertunjukan yang disuguhkan Raja Ali ini lebih dahsyat lagi .Raja Hipnotis ini dimasukkan kedalam peti yang dibalut kain .Kemudian peti itu dipaku sehingga dalam pikiran penonton ,sosok yang berada dalam peti itu akan lemas atau mati karena kekurangan oksigen. Ketika Raja Hipnotis itu didalam peti ,mulailah si tukang koyok berorasi, memberitahu pengunjung tentang khasiat obat yang dijualnya.Sebahagian penonton banyak juga yang membeli obatnya.
Setelah sekitar satu jam selesai menjajakan obatnya kemudian peti tempat Raja Hipnotis itu dibaringkan dibuka. Dan keluarlah Raja Ali dari peti itu dengan segar bugar.
Pada masa itu hal yang demikianlah dipikiran saya arti hipnotis.
Artinya ada sejenis kemampuan khusus yang dipunyai orang orang tertentu dan kemampuan itu disebut hipnotis. Dalam perkembangan selanjutnya masuklah kata "hipnotis" dalam pembicaraan sehari hari seperti pada kalimat "tokoh itu dengan kemampuannya berpidato mampu menghipnotis pendengarnya". Disini saya mengartikan hipnotis juga punya arti adanya kemampuan memengaruhi pikiran orang lain.
Pada masa itu populer juga kata " telepati". Saya ingat seseorang yang lebih tua memberitahu ,coba pandangi seseorang yang sedang berjalan yang tidak jauh darimu. Konsentrasikan pikiran dan pengaruhi pikirannya agar ia menoleh kepadamu. Kalau ia nanti menoleh, itulah yang disebut telepati. Saya maknai telepati semacam kemampuan memerintah orang lain berdasarkan kekuatan pikiran.
                        -  000-
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, kata " hipnotis" di Medan mengalami pergeseran makna. Hal ini terjadi karena banyaknya penipuan dengan menggunakan hipnotis.
Sebagai contoh, saya menceritakan pengalaman seorang sepupu yang kena tipu dengan kekuatan hipnotis itu.
Setelah turun dari angkot di sekitar Pasar Ikan Medan, sepupu itu disapa oleh tiga orang ,dua perempuan dan satu laki laki. Mereka menyebut baru datang dari negeri jiran dan ingin menanyakan sebuah alamat.
Salah satu dari yang tiga orang itu menepuk bahu sepupu saya itu. Setelah itu mereka mulai menawarkan bisnis yang akan memberi keuntungan besar. Modal yang dibutuhkan sekitar dua belas juta rupiah. Kata mereka, perputaran uang dari bisnis ini sangat cepat dan nanti sore mereka akan mengembalikan uang yang dipakai, plus keuntungannya yang lumayan. Sepupu saya itu menyatakan tertarik ikut bisnis itu tapi dikatakannya ia tidak bawa uang sebesar itu.
Orang yang tidak dikenalnya itu menanyakan apakah ia punya tabungan di bank. Sepupu saya menjawab punya tetapi buku tabungannya berada di rumahnya. Ketiga orang itu menawarkan untuk membawa sepupu itu ke rumahnya dan kemudian sepupu itu naik ke mobil yang telah mereka siapkan.
Sesampainya di rumahnya ,sepupu itu turun dari kenderaan, masuk ke kamarnya dan mengambil empat buku tabungan, kemudian naik lagi ke kenderaan. Dari rumahnya mereka mendatangi empat buah bank untuk mencairkan seluruh isi buku tabungannya yang bernilai dua belas juta rupiah.
Disalah satu bank ada famili yang bekerja disana dan sewaktu menuju ke loket pengambilan uang ,sepupu itu melihat famili yang bertugas di bank itu. Tetapi katanya mulutnya seperti terkunci untuk mengucapkan sesuatu terhadap famili itu. Sepupu itu juga bercerita perasaannya seperti melayang.Â
Demikian juga halnya sewaktu dirumahnya ketika mengambil buku tabungan di kamarnya.Di rumah itu ada adik iparnya dan juga ponakannya tetapi ia tidak berbicara sepatah kata pun dengan mereka.
Sesudah tabungannya ditarik pada empat bank itu dan uang itu diserahkannya kepada tiga orang yang tidak dikenalnya itu, kemudian mereka menurunkannya di tempat mula pertama ketemu tadi.
Dari sana sepupu saya itu berjalan kaki menuju kantornya yang tidak terlalu jauh dari Pasar Ikan itu. Sekitar pukul empat sore ,sepupu saya itu mulai gelisah menunggu kedatangan tiga orang yang menemaninya tadi. Rupanya tiga orang itu janji akan datang menemuinya di kantornya dan akan menyerahkan sejumlah uang plus keuntungan usahanya.
Sekitar pukul 5 sore ,sepupu saya itu mulai menangis karena kemudian ia sadar telah kena tipu. Dari ceritanya itu saya mengambil kesimpulan bahwa dia mulai berada dibawah pengaruh hipnotis sesudah bahunya ditepuk oleh orang yang tidak dikenalnya itu. Karenanya ada juga yang mengemukakan, kalau bahu kita ditepuk seseorang yang tidak dikenal, segera balas dengan menepuk bahunya agar kita tidak bisa dihipnotisnya. Kesimpulan berikutnya ternyata ia lebih dari enam jam dibawah kendali mereka artinya ia kena hipnotis selama waktu tersebut.
Terhadap kejadian yang demikianlah serta terhadap beberapa kejadian lainnya, muncul pertanyaan di hati saya, bagaimana sebenarnya cara bekerja yang disebut hipnotis itu sehingga begitu mudah seseorang berada dibawah kendali penghipnotis.
Selanjutnya apakah benar ,kalau bahu kita ditepuk seseorang, kita harus segera membalas menepuk bahunya agar daya hipnotisnya tidak bekerja.
Jujur saya tidak dapat menjelaskan tentang hal yang demikian ,mungkin ada Kompasianer yang bisa menguraikannya.
Salam Berbagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H